Monday, November 6, 2017

Rothwell Miller Interest Blank (RMIB)

            Tes inventori Rothwell Miller Interest Blank (RMIB) digunakan untuk melihat minat dan juga bakat individu. Salah satu tes inventori yang secara khusus terfokus pada penilaian minat dan bakat individu. Konsep utama atau dasar teori dari RMIB ini adalah mengenai persepsi dan juga stereotip pada individu mengenai pekerjaan – pekerjaan tertentu. Dengan memanfaatkan stereotip ini, maka test RMIB mampu untuk mengungkapkan jenis pekerjaan dan juga minat dan bakat yang cocok bagi individu.

Jenis-Jenis Pekerjaan yang terdapat pada RMIB

Terdapat 12 jenis pekerjaan yang terdapat dalam tes RMIB, yaitu:

  1. Outdoor (OUT), merupakan jenis pekerjaan yang berhubungan dengan aktivitas di luar ruangan, atau aktivitas lapangan.
  2. Mechanical (ME), merupakan jenis pekerjaan yang menggunakan mesin, peralatan mekanik, dan juga peralatan-peralatan tambahan.
  3. Computational (COMP), merupakan pekerjaan yang berhubungan dengan angka, dan operasi hitungan (komputasi).
  4. Scientific (SCL), merupakan pekerjaan yang berhubungan dengan analisa, penyelidikan, penelitian, dan juga segala sesuatu yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan.
  5. Personal Contact (PERS), merupakan pekerjaan yang berhubungan dengan manusia, hubungan interpersonal, diskusi, dan juga berhubungan dengan banyak orang.
  6. Aesthetic (AESTH), merupakan pekerjaan yang berhubungan dengan kesenian.
  7. Literary (LIT), merupakan pekerjaan yang berkaitan dengan buku, membaca, dan segala bentuk kegiatan literatur, seperti menulis, mengarang, dan sebagainya.
  8. Musical (MUS), Merupakan pekerjaan yang berkaitan dengan musik, mulai dari memainkan alat musik, membuat musik, dan mendengarkan musik.
  9. Social Service (SOS), merupakan pekerjaan yang berkaitan dengan kehidupan sosial, pelayanan masyarakat. Seperti dokter dan psikolog, yang memabantu, menolong dan juga mendorong kehidupan sesama manusia.
  10. Clerical (CLER), merupakan pekerjaan yang berhubungan dengan tugas-tugas rutin yang membutuhkan ketelitian, sistematis, dan juga cenderung teratur.
  11. Practical (PRAC), merupakan pekerjaan yang sifatnya praktis, membutuhkan keahlian, dan keterampilan.
  12. Medical (MED), merupakan pekerjaan yang berkaitan dengan pengobatan, penyembuhan, dan juga perawatan secara medis.
Contoh Tes RMIB



Sumber

Sunday, October 1, 2017

SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI


DEFINISI SISTEM INFORMASI

      Terdapat beragam definisi terkait dengan sistem informasi. Berdasarkan definisi-definisi tersebut, sistem informasi mencakup sejumlah komponen (manusia, komputer, teknologi informasi dan prosedur kerja), ada sesuatu yang diproses (data menjadi informasi), dan dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan. Berikut beberapa definisi mengenai sistem informasi menurut para ahli.
  • Hall (dalam Kadir, 2014) menyatakan bahwa sistem informasi adalah sebuah rangkaian prosedur formal dimana data dikelompokkan, diproses menjadi informasi, dan didistribusikan kepada pemakai.
  • Turban, McLean & Wetherbe (dalam Kadir, 2014) berpendapat bahwa sebuah sistem informasi mengumpulkan, memproses, menyimpan, menganalisis, dan menyebarkan informasi untuk tujuan yang spesifik.
  • Bodnar dan Hopwood (dalam Kadir, 2014) menyatakan bahwa sistem informasi merupakan kumpulan perangkat keras dan perangkat lunak yang dirancang untuk mentransformasikan data ke dalam bentuk informasi yang berguna.
      Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi merupakan sebuah rangkaian prosedur formal untuk mengumpulkan, memproses, meyimpan, meganalisis, dan menyebarkan informasi untuk tujuan yang spesifik dalam bentuk informasi yang berguna.


Sistem Informasi (Sumber: Pengenalan Sistem Informasi oleh Abdul Kadir, 2014)

DEFINISI PSIKOLOGI

      Ditinjau dari segi ilmu bahasa, kata psikologi terdiri dari psyche yang artinya jiwa dan logos yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi psikologi berarti ilmu pengetahuan tentang jiwa atau ilmu jiwa. Berikut beberapa definisi terkait dengan psikologi menurut para ahli.
  • Branca (dalam Basuki, 2008) menyatakan bahwa psikologi merupakan ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia.
  • Wundt (dalam Basuki, 2008) berpendapat bahwa psikologi merupakan ilmu tentang kesadaran manusia.
  • Plotnik (dalam Basuki, 2008) menyatakan bahwa psikologi merupakan studi yang sitematik dan ilmiah tentang perilaku dan proses mental.
      Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa psikologi merupakan ilmu pengetahuan tentang tentang kesadaran manusia, perilaku manusia dan proses mental.

Image result for psikologi


SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI

      Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi psikologi merupakan merupakan sebuah rangkaian prosedur formal untuk mengumpulkan, memproses, meyimpan, meganalisis, dan menyebarkan informasi untuk tujuan yang spesifik dalam bentuk informasi yang berguna pada bidang  psikologi yang merupakan ilmu pengetahuan tentang tentang kesadaran manusia, perilaku manusia dan proses mental.





Daftar Pustaka
Kadir, A. (2014). Pengenalan Sistem Informasi (edisi revisi). Yogyakarta: ANDI OFFSET.
Basuki, A. M. H. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma.



Thursday, June 8, 2017

TERAPI KELUARGA

Terapi keluarga adalah cara baru untuk mengetahui permasalahan seseorang, memahami perilaku, perkembangan simtom dan cara pemecahannya. Terapi keluarga dapat dilakukan sesama anggota keluarga dan tidak memerlukan orang lain, terapis keluarga mengusahakan supaya keadaan dapat menyesuaikan, terutama pada saat antara yang satu dengan yang lain berbeda Tujuan konseling keluarga terutama adalah untuk mengerti keluarga penderita gangguan skizofrenia, konseling keluarga dianggap cara baru untuk mengerti dan menangani penderita gangguan mental. Kemudian konseling keluarga tidak hanya berguna untuk menangani individu dalam konteks keluarga, tetapi juga keluarga yang tidak berfungsi baik.
Model-model pendekatan-pendekatan baru yang dikembangkan dalam konseling keluarga yaitu:
1.      Multiple Family Therapy
Keluarga-keluarga yang terpilih menemui konselor tiap minggu, dan pada waktu itu mereka menceritakan problem mereka masing-masing dan membantu sesama dalam pemecahan persoalan
2.      Multiple impact Therapy
Mencakup seluruh keluarga dalam sederetan interaksi yang berkelanjutan dengan konselorkonselor komunitas yang multidisipliner mungkin selama dua hari. Terapi ini mencakup pemberian konseling secara penuh selama dua hari atau lebih kepada satu keluarga
3.      Terapi jaringan (Network Therapy)
    Berusaha memobilisasi sejumlah orang untuk berkumpul dalam suatu krisis untuk membentuk suatu kekuatan terapeutik. Tujuan ini adalah untuk memperkuat kekuatan dari jaringan yang dikumpulkan untuk memberi kesempatan untuk berubah di dalam sistem keluarga tersebut.

MODEL TERAPI DALAM KELUARGA

Experiential/Humanistic
Tujuan dari terapi ini adalah insight, kematangan psikoseksual, penguatan fungsi ego, pengurangan gejala patologis, dan memuaskan lebih banyak relasi obyek. Kerangka umumnya adalah sejadian saat ini yaitu data terkini dan dari pengalamanyang diobservasi secara langsung. Aturan dari proses ketidaksadaran adalah pilihan bebas dan kesadaran akan kemampuan diri lebih penting daripada motivasi yang tidak disadari. Fungsi utama dari terapis adalah sebagai fasilitaor aktif pada potensi-potensi untuk pertumbuhan dan menyediakan keluarga pada pengalaman baru.
Jenis-tenis terapi yang digunakan dalam pendekatan experiential/ humanistic adalah sebagai berikut:
a.       Terapi pengalaman (Experiential or symbolic family therapy)
Menggunakan pendekatan non-teoritis dalam terapi tetapi lebih menekankan pada proses, yaitu sesuatu yang terjadi selama tahapan terapi keluarga dan bagaimana setiap orang mengalami perasaan-perasaan dan perubahan pada perilakunya.
b.      Gestalt family therapy
Menekankan pada pengorganisasian diri secara menyeluruh. Fokus utamanya adalah membantu individu melalui transisinya dari keadaan yang selalu dibantu oleh lingkungan ke keadaan mandiri (self support).
c.       Humanistik
Terapis berperan dalam memperkaya pengalaman keluarga dan memperbesar kemungkinan setiap anggota keluarga untuk menyadari keunikan dan potensi mereka yang luar biasa.
d.      Pendekatan proses/komunikasi
      Terapis dan keluarga bekerjasama untuk menstimulasi proses healting-promoting. Pendekatan yang digu akan adalah mengklarifikasi adanya ketidaksesuaian dalam proses kemunikasi diantara anggota keluarga.
Bowenian
Tujuan terapi adalah memaksimalkan diferensiasi diri pada masing-masing anggota keluarga. Kerangka umumnya dari Bowen adalah mengutamakan masa kini dan tetap memperhatikan latar belakang keluarga. Atauran dari ketidak sadaran adalah konsep terkini yang menyatakan konflik yang tidak disadari meskipun saat ini tampak pada masa interaktif. Fungsi utama dari terapis adalah langsung tapi tidak konfrontasi dan dilihat melalui penyatuan keluarga. Bowen mencoba menjembatani antara pendekatan yang berorientasi pada psikodinamika yang menekankan pada perkembangan diri, isu-isu antar generasi dan peran-peran masa laludengan pendekatan yang membatasi perhatian pada unit keluarga dan pengaruhnya dimasa kini.
Model Terapi dalam Keluarga Bowen menggunakan 8 konsep dalam dalam sistem hubungan emosional dalam keluarga yang digunakan Bowen untuk menganalisis kasus adalah sebagai berikut:
 a. Pebedaan individu
b. Triangulasi
c. Sistem emosional keluarga
d. Proses proyeksi keluarga
e. Pemutusan emosional
f. Proses penularan multigenerasi
g. Posisi saudara kandung
h. Regenerasi masyarakat
Psikodinamika
Tujuan dari terapi psikodinamika ini adalah pertumbuhan, pemenuhan lebih banyak pada pola interaksi yang lebih. Psikodinamikan memandang keluarga sebagai system dari interaksi kepribadian, duimana setiap individu mempunyai usb-sistem yang penting dalam keluarga, sebagaimana keluarga sebagai sebuah sub-sistem dalam sebuah komunitas. Terapis menjadi fasilitator yang menolong keluarga untuk menentukan tujuannya sendiri dan bergerak kearah mereka sebagaimana sebuah kelompok. Kerangka umum adalah masa lalu, sejarah dari pengalaman terdekat yang perlu diungkap. Aturan dari ketidaksadaran adalah konflik dari masa lalu yang tidak terselesaikan akan Nampak pada perilaku sadar seseorang secara kontineu untuk mrnghadapi situasi dan obyek yang ada sekarang. Fungsi utama dari terapis bersikap netral artinya membuat intepretasi tehadap pola perilaku individu dan keluarga.
Behavioral
Tujuan dari terapi behavioral adalah merubah konsekuaensi perilaku anatar pribadi yang mengarah pada penghilangan perilaku maladaptif atau problemnya. Kerangka umum dari pendekatan behavioral adalah masa kini yang lebih memfokuskan pada lingkungan interpersonal yang terpelihara dan muncul terus dalam pola perilaku terkini. Fungsi utama dari terapis adalah direktif, mengarahkan, membimbing atau model dari perilaku yang diinginkan dan negosiasi kontrak Jenis terapi keluarga yang biasa digunakan dalam pendekatan behavioral guna menyususn kembali sebuah keutuhan keluarga adalah:
a. Behavioral marital therapy
b. Behavioral parent training
Struktural
Tujuan dari model pendekatan struktural adalah perubahan pada konteks hubungan dalam rangka rekonstruksi organisasi keluarga dan merubah pola disfungsi transaksional. Kerangka umum pendekatan struktural adalah masa kini dan masa lalu yaitu struktur keluarga dipandang dari pola transaksioanal permulaan, dengan kata lain struktur keluatga masa kini dipengaruhi oleh pola-pola transaksional sebelumnya. Fungsi dari terapis adalah direktur panggung, yaitu memanipulasi struktur keluarga dalam rangka mengubah setting disfungsional.
Pendekatan yang biasa digunakan dalam terapi struktural untuk memanipulasi struktur keluarga adalah:
a. Menyusun ulang kesatuan disfungsional
b. Teknik intervensi struktural Model Terapi dalam Keluarga
Komunikasi
Tujuan pendekatan komunikasi adalah mengubah perilaku disfungsional dan rangkaian perilaku yang tidak diinginkan antara anggota keluarga serta memperbanyak sekuensi perilaku diantara anggota keluarga untuk mengurangi timbulnya masalah-masalah dan simptomsimptom kerangka umum dari pendekatan komunikasi adalah masa kini yaitu problem terkini atau perilaku yang sedang terjadi berulang secara konsisten atar individu. Fungsi dari terapis adalah aktif, manipulative, problem fokus, paradoksial dan memberikan petunjuk.

PROSES KONSELING

Dalam konseling ada beberapa proses yang harus dijalankan sebagai pelaksanaan dari sebuah konseling. Ada empat langkah dalam proses konseling, proses tersebut adalah sebagai berikut:
a. Mengikutsertakan keluarga
b. Menilai masalah
c. Strateg-strategi khusus
d. Follow-Up


Thursday, April 27, 2017

PSIKOTERAPI

KONSELING PSIKOTERAPI

Psikoterapi adalah serangkaian metode berdasarkan ilmu-ilmu psikologi yang digunakan untuk mengatasi gangguan kejiwaan atau mental seseorang.

Menurut Gunarsa (2007), psikoterapi lahir pada pertengahan dan akhir abad yang lalu, dilihat secara etimologis mempunyai arti sedrhana, yakni “psyche” yang artinya je;as, yaitu “mind’ atau sederhannaya: jiwa dan “therapy” dari Bahasa Yunani yang berarti “merawat” atau “mengasuh”, sehingga psikoterapi dalam arti sempitnya adalah “perawatan terhadap aspek kejiawaan” seseorang.  Dalam Oxford English Dictionary, perkataan “psychoteraphy” tidak tercantum, tetapi ada perkataan “psychotherapeutic” yang diartikan sebagai perawatan terhadap sesuatu penyakit dengan mempergunakan teknik psikologis untuk melakukan intervensi klinis. Dengan demikian perawatan melalui teknik psikoterapi adalah perawatan yang secara umum mempergunakan intervensi psikis dengna pendekatan psikologik terhadap pasien yang mengalami gangguan psikis atuaa hambatan kepribadian. Sebagaimana diketahui bahwa perawatan terhadap penderita seperti tersebut ini, juga bisa dilakukan dengan pendekatan dari bidang Kedokteran, anatara lain dengan farmakoterapi.

Menurut Wolberg (dalam  Gunarsa,2007) psikoterapi adalah suatu bentuk dari perawatan (treatment) terhadap maslaah-masalah yang dasarnya emosi, dimana seorang yang terlatih, dnegna saksama membentuk hubungna profesional dnegna pasien dnegan tujuan memindahkan, mengubah atau mencegah munculnya gejala dan menjadi perantara untuk menghilangkan pola-pola perilaku yang terhambat serta meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan positif dari kepribadiannya.

PSIKOTERAPI HUMANISTIK

Psikologi humanistik (Humanistic Psychology) di buat oleh sekelompok ahli psikologi pada awal tahun 1960-an yang bekerja sama di bawah kepemimpinan Abraham Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh atas pemikiran intelektual dalam psikologi. Kedua teori yang dimaksud adalah psikoanalisis dan behaviorisme. Maslow menyebut psikologi humanistik sebagai “kekuatan ketiga”. Teori eksistensial-humanistik menekankan renungan filosofi tentang apa artinya menjadi manusia.
Terapi eksistensial berpijak pada premis bahwa manusia tidak bisa lari dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab berkaitan. Dalam penerapan-penerapan terapeutiknya eksistensial-humanistik memusatkan perhatian pada filosofis yang melandasi terapi. Pendekatan atau teori eksistensial-humanistik menyajikan suatu landasan filosofis bagi orang berhubungan dengan sesama yang menjadi ciri khas, kebutuhan yang unik dan menjadi tujuan konselingnya, dan yang melalui implikasi-implikasi bagi usaha membantu dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan dasar yang menyangkut keberadaan manusia.

Pendekatan eksistensial-humanistik mengembalikan pribadi kepada fokus sentral, sentral memberikan gambaran tentang manusia pada tarafnya yang tertinggi. Pendekatan Eksistensial-Humanistik dalam konseling menggunakan sistem teknik-teknik yang bertujuan untuk mempengaruhi konseli. Pendekatan terapi eksistensial-humanistik bukan merupakan terapi tunggal, melainkan suatu pendekatan yang mencakup terapi-terapi yang berlainan yang semuanya berlandaskan konsep-konsep dan asumsi-asumsi tentang manusia.
Tokoh-tokoh dalam konseling eksistensial-humanistik yaitu, Abraham Maslow, Carl H. Rogers, Holo May, Bagental, Yourard dan Arbuckle.

A. KONSEP DASAR
Psikologi eksistensial humanistiK berfokus pada kondisi manusia. Menurut Gerald Corey, (1988:54-55) ada beberapa konsep utama dari pendekatan eksistensial yaitu :
  1. Kesadaran diri: Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri itu pada seseorang, maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu. Kesanggupan untuk memilih alternatif-alternatif yakni memutuskan secara bebas di dalam kerangka pembatasnya adalah suatu aspek yang esensial pada manusia.
  2. Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan: Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab dapat menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia. Kecemasan eksistensial juga bisa diakibatkan oleh kesadaran atas keterbatasannya dan atas kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati. Kesadaran atas kematian memiliki arti penting bagi kehidupan individu sekarang, sebab kesadaran tersebut menghadapkan individu pada kenyataan bahwa dia memiliki waktu yang terbatas untuk mengaktualkan potensi – potensinya.
  3. Penciptaan Makna: Manusia itu unik, dalam artian bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan. Pada hakikatnya manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah makhluk rasional. Kegagalan dalam menciptakan hubungan yang bermakna dapat menimbulkan kondisi-kondisi keterasingan dan kesepian. Manusia juga berusaha untuk mengaktualkan diri yakni mengungkapkan potensi – potensi manusiawinya sampai taraf tertentu.

Kemudian konsep dasar menurut Akhmad Sudrajat adalah :
  1. Manusia sebagai makhluk hidup yang dapat menentukan sendiri apa yang ia kerjakan dan yang tidak dia kerjakan, dan bebas untuk menjadi apa yang ia inginkan. Setiap orang bertanggung jawab atas segala tindakannya.
  2. Manusia tidak pernah statis, ia selalu menjadi sesuatu yang berbeda, oleh karena itu manusia mesti berani menghancurkan pola-pola lama dan mandiri menuju aktualisasi diri
  3. Setiap orang memiliki potensi kreatif dan bisa menjadi orang kreatif. Kreatifitas merupakan fungsi universal kemanusiaan yang mengarah pada seluruh bentuk self expression.

B. TUJUAN KONSELING
Tujuan Konseling menurut Akhmad Sudrajat yaitu:
  • Mengoptimalkan kesadaran individu akan keberadaannya dan menerima keadaannya menurut apa adanya. Saya adalah saya.
  • Memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi cara berfikir, keyakinan serta pandangan-pandangan individu, yang unik, yang tidak atau kurang sesuai dengan dirinya agar individu dapat mengembangkan diri dan meningkatkan self actualization seoptimal mungkin.
  • Menghilangkan hambatan-hambatan yang dirasakan dan dihayati oleh individu dalam proses aktualisasi dirinya.
  • Membantu individu dalam menemukan pilihan-pilihan bebas yang mungkin dapat dijangkau menurut kondisi dirinya.

C. MODEL OPERASIONAL
Model operasional/strategi yang digunakan adalah Non directive artinya konselor memberikan kepercayaan kepada klien agar aktif.

D. MODEL PERAN KONSELING
Model peran konseling sebagai berikut:
  • Memahami dunia klien dan membantu klien untuk berfikir dan mengambil keputusan atas pilihannya yang sesuai dengan keadaan sekarang.
  • Mengembangkan kesadaran, keinsafan tentang keberadaannya sekarang agar klien memahami dirinya bahwa manusia memiliki keputusan diri sendiri.
  • Konselor sebagai fasilitator memberi  dorongan dan motivasi agar klien mampu memahami dirinya dan bertanggung jawab menghadapi reality.
  • Membentuk kesempatan seluas-luasnya kepada klien, bahwa putusan akhir pilihannya terletak ditangan klien.

E. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
Kelebihan:
  1. Teknik ini dapat digunakan bagi klien yang mengalami kekurangan dalam perkembangan dan kepercayaan diri.
  2. Adanya kebebasan klien untuk mengambil keputusan sendiri.
  3. Memanusiakan manusia.
Kekurangan:
  1. Dalam metodologi, bahasa dan konsepnya yang mistikal
  2. Dalam pelaksanaannya tidak memiliki teknik yang tegas
  3. Terlalu percaya pada kemampuan klien dalam mengatasi masalahnya (keputusan ditentukan oleh klien sendiri)
  4. Memakan waktu lama

RATIONAL EMOTIF THERAPY

Rational Emotif Therapy (RET) dikembangkan oleh seorang eksistensialis Albert Ellis pada tahun 1962. Sebagaimana diketahui pada aliran ini dilatarbelakangi oleh filsafat eksistensialisme yang berusaha memahami manusia sebagaimana adanya. Manusia adalah subjek yang sadar akan dirinya dan sadar akan objek–objek yang dihadapinya. Manusia adalah makhluk yang berbuat dan berkembang dan merupakan individu dalam satu kesatuan yang berati manusia bebas, berfikir, bernafsu, dan berkehendak. Menurut Ellis (dalam Latipun, 2001:92) berpandangan bahwa RET merupakan terapi yang sangat komprehensif, yang menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan emosi, kognisi, dan perilaku. Manusia tidak ditakdirkan untuk menjadi pengondisian awal. RET menegaskan bahwa manusia memiliki sumber–sumber yang tak terhingga bagi aktualisasi potensi dirinya dan bisa mengubah ketentuan–ketentuan pribadi dan masyarakat.

Konseling RET atau yang lebih dikenal dengan Rational Emotif Behavior Therapy (REBT) Adalah konseling yang menekankan interaksi berfikit, akal sehat, perasaan dan perilaku. Teori ini menekankan pada suatu perubahan yang mendalam terhadap cara berfikir dapat menghasilkan perubahan yang berarti dalam cara berperasaan dan berperilaku.
Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian dapat dikaji dari konsep–konsep kunci teori Albert Ellis: ada tiga pilar yang membangun tingkah laku individu, yaitu Antecedent event (A), Belief (B), dan Emotional consequence (C). Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC.
  • Antecedent event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain. Perceraian suatu keluarga, kelulusan bagi siswa, dan seleksi masuk bagi calon karyawan merupakan antecendent event bagi seseorang.
  • Belief (B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang rasional (rational belief atau rB) dan keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief atau iB). Keyakinan yang rasional merupakan cara berpikir atau system keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksana, dan kerana itu menjadi prosuktif. Keyakinan yang tidak rasional merupakan keyakinan ayau system berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal, emosional, dan keran itu tidak produktif.
  • Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecendent event (A). Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk keyakinan (B) baik yang rB maupun yang iB.

Ellis juga menambahkan D, E dan F untuk rumus ABC ini. Seorang terapis harus me­lawan (dispute; D) keyakinan-keyakinan irasional itu agar kliennya bisa menikmati dampak-dampak (effects; E) psi­kologis positif dari keyakinan–keyakinan yang rasional. Sehingga lahir perasaan(feelings; F) yaitu perangkat perasaan yang baru, dengan demikian kita tidak akan merasa tertekan, melainkan kita akan merasakan segala sesuatu sesuai dengan situasi yang ada. Teori pendekatan DEF dari ellis jika digambarkan dalam bentuk bagan adalah sebagai berikut:

1. D adalah yang meragukan atau membantah. Pada isensinya merupakan aplikasi dari metode ilimiah untuk menolong klien membantah keyakinan irasional. Ellis dan Bernard (1986) melukiskan tiga komponen dari proses membantah ini:
  • Pertama: klien belajar cara mendeteksi keyakinan irasional mereka, terutama kemutlakan seharusnya dan harus, sifat berlebihan, dan pelecehan pada diri sendiri.
  • Kedua: klien memperdebatkan keyakinan yang disfungsional itu dengan belajar cara mempertanyakan semua itu secara logis dan empiris dan dengan sekuat tenaga mempertanyakan kepada diri sendiri serta berbuat untuk tidak mempercayainya.
  • Ketiga: klien belajar untuk mendiskriminasikan keyakinan yang irasional dan rasional.

2. E adalah falsafah efektif, yang memiliki segi praktis. Falsafah rasional yang baru dan efektif terdiri dari menggantikan yang tidak pada tempatnya dengan yang cocok. Apabila itu berhasil maka akan tercipta F atau new feeling

3. F adalah perangkat perasaan yang baru. Kita tidak lagi merasakan cemas yang sungguh-sungguh, melainkan kita mengalami segala sesuatu sesuai dengan situasi yang ada.

A. KONSEP DASAR
  • Pemikiran manusia adalah penyebab dasar dari gangguan emosional. Reaksi emosional yang sehat atau tidak bersumber pada pemikiran itu.
  • Manusia mempunyai potensi pemikiran rasional dan irasional. Dengan pemikiran rasional dan inteleknyamanusia dapat terbebas dari gangguan emosional.
  • Pemikiran irasional bersumber pada disposisi biologis lewat pengalaman masa kecil dan pengaruh budaya.
  • Pemikiran dan emosi tidak dapat dipisahkan.
  • Berfikir logis dan tidak logis dilakukan dengan simbol–simbol bahasa.
  • Pada diri manusia terjadi self-verbalization,yaitu mengatakan sesuatu secara terus menerus kepada dirinya.
  • Pemikiran tak logis-irrasional dapat dikembalikan pada pemikiran logis dengan teroganisasi persepsi.

B. TUJUAN
Adapun tujuan RET adalah sebagai berikut:
  1. Memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi, cara berfikir, keyakinan serta pandangan klien yang irrasional menjadi rasional, sehingga ia dapat mengembangkan diri dan mencapai realisasi diri yang optimal.
  2. Menghilangkan gangguan emosional yang dapat merusak diri seperti: benci, takut, rasa bersalah, cemas, was–was, marah, agar dapat menghadapi kenyataan hidup secara rasional dan membangkitkan kepercayaan diri, nilai–nilai dan kepercayaan diri.

Tiga tingkatan insight yang perlu dicapai klien dalam konseling dengan pendekatan rasional-emotif:
  1. Insight dicapai ketika klien memahami tentang tingkah laku penolakan diri yang dihubungkan dengan penyebab sebelumnya yang sebagian besar sesuai dengan keyakinannya tentang peristiwa–peristiwa yang diterima (antecedent event) pada saat yang lalu.
  2. Insight terjadi ketika konselor membantu klien untuk memahami bahwa apa yang menganggu klien pada saat ini adalah karena berkeyakinan yang irasional terus dipelajari dari yang diperoleh sebelumnya.
  3. Insight dicapai pada saat konselor membantu klien untuk mencapai pemahaman ketiga, yaitu tidak ada jalan lain untuk keluar dari hembatan emosional kecuali dengan mendeteksi dan melawan keyakinan yang irasional.

Sumber:

Wednesday, March 29, 2017

PSIKOTERAPI

Dilihat secara etimologis psikoterapi mempunyai arti sederhana, yakni “psyche” yang artinya jelas yaitu “mind” atau sederhananya: jiwa dan “therapy” mengasuh, sehingga psikoterapi dalam arti sempitnya adalah “perawatan terhadap aspek kejiwaan” seseorang.

A. Pengertian Psikoterapi Menurut Para Tokoh
  • Watson & Morse (1977) Bentuk khusus dari interaksi antara dua orang, pasien dan terapis, pada mana pasien memulai interaksi karena ia mencari bantuan psikologik dan terapis menyusun interaksi dengan mempergunakan dasar psikologik untuk membantu pasien meningkatkan kemampuan mengendalikan diri dalam kehidupannya dengan mengubah pikiran, perasaan dan tindakannya.
  • Corsini (1989) Psikoterapi adalah proses formal dari interaksi antara dua pihak, setiap pihak biasanya terdiri dari satu oran, tetapi ada kemungkinan terdiri dari dua orang atau lebih pada setiap pihak, dengan tujuan memperbaiki keadaan yang tidak menyenangkan (distress) pada salah satu dari kedua pihak karena ketidakmampuan atau malafungsi pada salah satu dari bidang-bidang berikut: fungsi kognitif (kelainan pada fungsi berfikir), fungsi afektif (penderitaan atau kehidupan emosi yang tidak menyenangkan) atau fungsi perilaku (ketidaktepatan perilaku); dengan terapis yang memiliki teori tentang asal-usul kepribadian, perkembangan, mempertahankan dan mengubah bersama-sama dengan beberapa metode perawatan yang mempunyai dasar teori dan profesinya diakui resmi untuk bertindak sebagai terapis.
  • Ivey & Simek-Downing (1980) Psikoterapi adalah proses jangka panjang, berhubungan dengan upaya merekonstruksi seseorang dan perubahan yang lebih besar pada struktur kepribadian.
B. Perbedaan Antara Konseling dan Psikoterapi
Corsini (1989) konseling dan psikoterapi bukan berbeda secara kualitatif tetapi perbedaannya pada tingkat kuantitatif. Sedangkan perbedaan konseling dan psikoterapi, dikutip dari uraian Brammer & Shostrom (1977) di bawah ini :

Brammer & Shostrom (1977) mengemukakan bahwa :
- Konseling ditandai oleh adanya terminology seperti : “educational, vocational, supportive, situational, problem solving, conscious awerness, normal, present-time dan short-term.
- Sedangkan psikoterapi ditandai oleh “supportive (dalam keadaan krisis), reconstructive, depthemphasis, analytical, focus on the past, neurotics and other severe emotional problems and long-tern”.

Corey (1988) mendefinisikan perbedaan konseling dan psikoterapi sebagai berikut:

♦ Konseling
  • Peningkatan kesadaran dan kemungkinan memilih
  • Berjangka pendek
  • Difokuskan pada masalah
  • Membantu individu untuk menyingkirkan hal-hal yang menghambat pertumbuhannya
  • Individu dibantu untuk menemukan sumber-sumber pribadi agar bisa hidup lebih efektif
 ♦ Psikoterapi
  • Difokuskan pada proses-proses tak sadar
  • Berurusan dengan pengubahan struktur kepribadian
  • Mengarah pada pemahaman diri yang intensif tentang dinamika-dinamika yang bertanggung jawab  atas terjadinya krisis-krisis kehidupan ketimbang hanya berurusan dengan usaha mengatasi krisis kehidupan tertentu.
C. Tujuan Psikoterapi
Berikut ini akan diuraikan mengenai tujuan dari psikoterapi secara khusus dari beberapa metode dan teknik psikoterapi yang banyak peminatnya, dari dua oran tokoh yakni Ivey, et al (1987) dan Corey (1991):

  • Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikodinamik, menurut Ivey, et al (1987): membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Rekonstruksi kepribadiannya dilakukan terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan menyusun sintesis yang baru dari konflik-konflik yang lama.
  • Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikoanalisi, menurut Corey (1991): membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Membantu klien dalam menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman yang sudah lewat dan bekerja melalui konflik-konflik yang ditekan melalui pemahaman intelektual.
  • Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Rogerian, terpusat pada pribadi, menurut Ivey, et al (1987): untuk memberikan jalan terhadap potensi yang dimiliki seseorang menemukan sendiri arahnya secara wajar dan menemukan dirinya sendiri yang nyata atau yang ideal dan mengeksplorasi emosi yang majemuk serta memberi jalan bagi pertumbuhannya yang unik.
  • Tujuan psikoterapi pada pendekatan terpusat pada pribadi, menurut Corey (1991): untuk memberikan suasana aman, bebas, agar klien mengeksplorasi diri dengan enak, sehingga ia bisa mengenai hal-hal yang mencegah pertumbuhannya dan bisa mengalami aspek-aspek pada dirinya yang sebelumnya ditolak atau terhambat.
  • Tujuan psikoterapi dengan pendekatan behavioristik, menurut Ivey, et al (1987): untuk menghilangkan kesalahan dalam belajar dan untuk mengganti dengan pola-pola perilaku yang lebih bisa menyesuaikan.
  • Sehubung dengan terapi behavioristik ini, Ivey, et al (1987) menjelaskan mengenai tujuan pada terapi kognitif-behavioristik, yakni: menghilangkan cara berfikir yang menyalahkan diri sendiri, mengembangkan cara memandang lebih rasional dan toleran terhadap diri sendiri dan orang lain.
  • Corey (1991) merumuskan mengenai kognitif-behavioristik dan sekaligus rasional-emotif terapi dengan: menghilangkan cara memandang dalam kehidupan pasien yang menyalahkan diri sendiri dan membantunya memperoleh pandangan dalam hidup secara rasional dan toleran.
  • Tujuan psikoterapi dengan metode dan teknik Gestalt, dirumuskan oleh Ivey, et al (1987): agar seseorang menyadari mengenai kehidupannya dan bertanggung jawab terhadap arah kehidupan seseorang.
  • Corey (1991) merumuskan tujuan terapi Gestalt: membantu klien memperoleh pemahaman mengenai saat-saat dari pengalamannya. Untuk merangsang menerima tanggung jawab dari dorongan yang ada di dunia dalamnya yang bertentangan dengan ketergantungannya terhadap dorongan-dorongan dari dunia luar.
D. Unsur-Unsur Psikoterapi
Masserman (Karasu 1984) telah melaporkan tujuh “parameter pengaruh” dasar yang mencakup unsur-unsur lazim pada semua jenis psikoterapi. Dalam hal ini termasuk :

  • Peran sosial (martabat) psikoterapis,
  • Hubungan (persekutuan terapeutik),
  • Hak,
  • Retrospeksi,
  • Re-edukasi,
  • Rehabilitasi,
  • Resosialisasi dan rekapitulasi.


Sumber: