KONSELING PSIKOTERAPI
Psikoterapi adalah
serangkaian metode berdasarkan ilmu-ilmu psikologi yang digunakan untuk
mengatasi gangguan kejiwaan atau mental seseorang.
Menurut
Gunarsa (2007), psikoterapi lahir pada pertengahan dan akhir abad yang lalu,
dilihat secara etimologis mempunyai arti sedrhana, yakni “psyche” yang artinya
je;as, yaitu “mind’ atau sederhannaya: jiwa dan “therapy” dari Bahasa Yunani
yang berarti “merawat” atau “mengasuh”, sehingga psikoterapi dalam arti
sempitnya adalah “perawatan terhadap aspek kejiawaan”
seseorang. Dalam Oxford English Dictionary, perkataan
“psychoteraphy” tidak tercantum, tetapi ada perkataan “psychotherapeutic” yang
diartikan sebagai perawatan terhadap sesuatu penyakit dengan mempergunakan
teknik psikologis untuk melakukan intervensi klinis. Dengan demikian perawatan
melalui teknik psikoterapi adalah perawatan yang secara umum mempergunakan
intervensi psikis dengna pendekatan psikologik terhadap pasien yang mengalami
gangguan psikis atuaa hambatan kepribadian. Sebagaimana diketahui bahwa
perawatan terhadap penderita seperti tersebut ini, juga bisa dilakukan dengan
pendekatan dari bidang Kedokteran, anatara lain dengan farmakoterapi.
Menurut
Wolberg (dalam Gunarsa,2007) psikoterapi adalah suatu bentuk dari
perawatan (treatment) terhadap maslaah-masalah yang dasarnya emosi,
dimana seorang yang terlatih, dnegna saksama membentuk hubungna profesional
dnegna pasien dnegan tujuan memindahkan, mengubah atau mencegah munculnya
gejala dan menjadi perantara untuk menghilangkan pola-pola perilaku yang
terhambat serta meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan positif dari
kepribadiannya.
PSIKOTERAPI HUMANISTIK
Psikologi
humanistik (Humanistic Psychology) di buat oleh sekelompok ahli psikologi pada
awal tahun 1960-an yang bekerja sama di
bawah kepemimpinan Abraham Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori yang
sangat berpengaruh atas pemikiran intelektual dalam psikologi. Kedua teori yang
dimaksud adalah psikoanalisis dan behaviorisme. Maslow menyebut psikologi humanistik
sebagai “kekuatan ketiga”. Teori eksistensial-humanistik menekankan
renungan filosofi tentang apa artinya menjadi manusia.
Terapi
eksistensial berpijak pada premis bahwa manusia tidak bisa lari dari kebebasan
dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab berkaitan. Dalam penerapan-penerapan
terapeutiknya eksistensial-humanistik memusatkan perhatian pada filosofis yang
melandasi terapi. Pendekatan atau teori eksistensial-humanistik menyajikan
suatu landasan filosofis bagi orang berhubungan dengan sesama yang menjadi ciri
khas, kebutuhan yang unik dan menjadi tujuan konselingnya, dan yang melalui
implikasi-implikasi bagi usaha membantu dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan
dasar yang menyangkut keberadaan manusia.
Pendekatan eksistensial-humanistik
mengembalikan pribadi kepada fokus sentral, sentral memberikan gambaran tentang
manusia pada tarafnya yang tertinggi. Pendekatan Eksistensial-Humanistik dalam
konseling menggunakan sistem teknik-teknik yang bertujuan untuk mempengaruhi
konseli. Pendekatan terapi eksistensial-humanistik bukan merupakan terapi
tunggal, melainkan suatu pendekatan yang mencakup terapi-terapi yang berlainan
yang semuanya berlandaskan konsep-konsep dan asumsi-asumsi tentang manusia.
Tokoh-tokoh dalam konseling
eksistensial-humanistik yaitu, Abraham Maslow, Carl H. Rogers, Holo May,
Bagental, Yourard dan Arbuckle.
A. KONSEP DASAR
Psikologi eksistensial humanistiK berfokus
pada kondisi manusia. Menurut Gerald Corey, (1988:54-55) ada beberapa konsep
utama dari pendekatan eksistensial yaitu :
- Kesadaran
diri: Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu
kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir
dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri itu pada seseorang, maka akan
semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu. Kesanggupan untuk
memilih alternatif-alternatif yakni memutuskan secara bebas di dalam
kerangka pembatasnya adalah suatu aspek yang esensial pada manusia.
- Kebebasan,
tanggung jawab, dan kecemasan: Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab
dapat menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia.
Kecemasan eksistensial juga bisa diakibatkan oleh kesadaran atas
keterbatasannya dan atas kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati.
Kesadaran atas kematian memiliki arti penting bagi kehidupan individu
sekarang, sebab kesadaran tersebut menghadapkan individu pada kenyataan
bahwa dia memiliki waktu yang terbatas untuk mengaktualkan potensi –
potensinya.
- Penciptaan
Makna: Manusia itu unik, dalam artian bahwa dia berusaha untuk menemukan
tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi
kehidupan. Pada hakikatnya manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan
dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah
makhluk rasional. Kegagalan dalam menciptakan hubungan yang bermakna dapat
menimbulkan kondisi-kondisi keterasingan dan kesepian. Manusia juga
berusaha untuk mengaktualkan diri yakni mengungkapkan potensi – potensi
manusiawinya sampai taraf tertentu.
Kemudian konsep dasar menurut Akhmad
Sudrajat adalah :
- Manusia
sebagai makhluk hidup yang dapat menentukan sendiri apa yang ia kerjakan
dan yang tidak dia kerjakan, dan bebas untuk menjadi apa yang ia inginkan.
Setiap orang bertanggung jawab atas segala tindakannya.
- Manusia
tidak pernah statis, ia selalu menjadi sesuatu yang berbeda, oleh karena
itu manusia mesti berani menghancurkan pola-pola lama dan mandiri menuju
aktualisasi diri
- Setiap
orang memiliki potensi kreatif dan bisa menjadi orang kreatif. Kreatifitas
merupakan fungsi universal kemanusiaan yang mengarah pada seluruh
bentuk self expression.
B.
TUJUAN KONSELING
Tujuan Konseling menurut Akhmad Sudrajat
yaitu:
- Mengoptimalkan
kesadaran individu akan keberadaannya dan menerima keadaannya menurut apa
adanya. Saya adalah saya.
- Memperbaiki
dan mengubah sikap, persepsi cara berfikir, keyakinan serta
pandangan-pandangan individu, yang unik, yang tidak atau kurang sesuai
dengan dirinya agar individu dapat mengembangkan diri dan
meningkatkan self actualization seoptimal mungkin.
- Menghilangkan
hambatan-hambatan yang dirasakan dan dihayati oleh individu dalam proses
aktualisasi dirinya.
- Membantu
individu dalam menemukan pilihan-pilihan bebas yang mungkin dapat
dijangkau menurut kondisi dirinya.
C.
MODEL OPERASIONAL
Model operasional/strategi yang digunakan adalah Non
directive artinya konselor memberikan kepercayaan kepada klien agar
aktif.
D. MODEL PERAN KONSELING
Model peran konseling sebagai berikut:
- Memahami
dunia klien dan membantu klien untuk berfikir dan mengambil keputusan atas
pilihannya yang sesuai dengan keadaan sekarang.
- Mengembangkan
kesadaran, keinsafan tentang keberadaannya sekarang agar klien memahami
dirinya bahwa manusia memiliki keputusan diri sendiri.
- Konselor
sebagai fasilitator memberi dorongan dan motivasi agar klien mampu
memahami dirinya dan bertanggung jawab menghadapi reality.
- Membentuk
kesempatan seluas-luasnya kepada klien, bahwa putusan akhir pilihannya
terletak ditangan klien.
E.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
Kelebihan:
- Teknik
ini dapat digunakan bagi klien yang mengalami kekurangan dalam
perkembangan dan kepercayaan diri.
- Adanya
kebebasan klien untuk mengambil keputusan sendiri.
- Memanusiakan
manusia.
Kekurangan:
- Dalam
metodologi, bahasa dan konsepnya yang mistikal
- Dalam
pelaksanaannya tidak memiliki teknik yang tegas
- Terlalu
percaya pada kemampuan klien dalam mengatasi masalahnya (keputusan
ditentukan oleh klien sendiri)
- Memakan
waktu lama
RATIONAL EMOTIF THERAPY
Rational Emotif Therapy (RET) dikembangkan oleh
seorang eksistensialis Albert Ellis pada tahun 1962.
Sebagaimana diketahui pada aliran ini dilatarbelakangi oleh filsafat
eksistensialisme yang berusaha memahami manusia sebagaimana adanya. Manusia
adalah subjek yang sadar akan dirinya dan sadar akan objek–objek yang
dihadapinya. Manusia adalah makhluk yang berbuat dan berkembang dan merupakan
individu dalam satu kesatuan yang berati manusia bebas, berfikir, bernafsu, dan
berkehendak. Menurut Ellis (dalam Latipun, 2001:92) berpandangan bahwa RET
merupakan terapi yang sangat komprehensif, yang menangani masalah-masalah yang
berhubungan dengan emosi, kognisi, dan perilaku. Manusia tidak ditakdirkan
untuk menjadi pengondisian awal. RET menegaskan bahwa manusia memiliki
sumber–sumber yang tak terhingga bagi aktualisasi potensi dirinya dan bisa
mengubah ketentuan–ketentuan pribadi dan masyarakat.
Konseling RET atau yang lebih dikenal
dengan Rational Emotif Behavior Therapy (REBT) Adalah konseling yang menekankan
interaksi berfikit, akal sehat, perasaan dan perilaku. Teori ini menekankan
pada suatu perubahan yang mendalam terhadap cara berfikir dapat menghasilkan
perubahan yang berarti dalam cara berperasaan dan berperilaku.
Pandangan pendekatan rasional emotif tentang
kepribadian dapat dikaji dari konsep–konsep kunci teori Albert Ellis: ada tiga
pilar yang membangun tingkah laku individu, yaitu Antecedent event (A), Belief (B),
dan Emotional consequence (C). Kerangka pilar ini yang
kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC.
- Antecedent
event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang
dialami atau memapar individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta,
kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain. Perceraian suatu keluarga,
kelulusan bagi siswa, dan seleksi masuk bagi calon karyawan merupakan
antecendent event bagi seseorang.
- Belief (B)
yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap
suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang
rasional (rational belief atau rB) dan keyakinan yang tidak rasional
(irrasional belief atau iB). Keyakinan yang rasional merupakan cara
berpikir atau system keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksana, dan
kerana itu menjadi prosuktif. Keyakinan yang tidak rasional merupakan
keyakinan ayau system berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal,
emosional, dan keran itu tidak produktif.
- Emotional
consequence (C) merupakan konsekuensi emosional sebagai
akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan
emosi dalam hubungannya dengan antecendent event (A). Konsekuensi
emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa
variable antara dalam bentuk keyakinan (B) baik yang rB maupun yang iB.
Ellis juga menambahkan D, E dan F untuk
rumus ABC ini. Seorang terapis harus melawan (dispute; D) keyakinan-keyakinan
irasional itu agar kliennya bisa menikmati dampak-dampak (effects; E) psikologis
positif dari keyakinan–keyakinan yang rasional. Sehingga lahir
perasaan(feelings; F) yaitu perangkat perasaan yang baru, dengan demikian kita
tidak akan merasa tertekan, melainkan kita akan merasakan segala sesuatu sesuai
dengan situasi yang ada. Teori pendekatan DEF dari ellis jika digambarkan dalam
bentuk bagan adalah sebagai berikut:
1. D adalah yang meragukan
atau membantah. Pada isensinya merupakan aplikasi dari metode ilimiah untuk
menolong klien membantah keyakinan irasional. Ellis dan Bernard (1986)
melukiskan tiga komponen dari proses membantah ini:
- Pertama:
klien belajar cara mendeteksi keyakinan irasional mereka, terutama
kemutlakan seharusnya dan harus, sifat berlebihan, dan pelecehan pada diri
sendiri.
- Kedua:
klien memperdebatkan keyakinan yang disfungsional itu dengan belajar cara
mempertanyakan semua itu secara logis dan empiris dan dengan sekuat tenaga
mempertanyakan kepada diri sendiri serta berbuat untuk tidak
mempercayainya.
- Ketiga:
klien belajar untuk mendiskriminasikan keyakinan yang irasional dan
rasional.
2.
E adalah falsafah efektif, yang memiliki segi praktis. Falsafah
rasional yang baru dan efektif terdiri dari menggantikan yang tidak pada
tempatnya dengan yang cocok. Apabila itu berhasil maka akan tercipta F atau new
feeling
3.
F adalah perangkat perasaan yang baru. Kita tidak lagi merasakan
cemas yang sungguh-sungguh, melainkan kita mengalami segala sesuatu sesuai
dengan situasi yang ada.
A.
KONSEP DASAR
- Pemikiran
manusia adalah penyebab dasar dari gangguan emosional. Reaksi emosional
yang sehat atau tidak bersumber pada pemikiran itu.
- Manusia
mempunyai potensi pemikiran rasional dan irasional. Dengan pemikiran
rasional dan inteleknyamanusia dapat terbebas dari gangguan emosional.
- Pemikiran
irasional bersumber pada disposisi biologis lewat pengalaman masa kecil dan
pengaruh budaya.
- Pemikiran
dan emosi tidak dapat dipisahkan.
- Berfikir
logis dan tidak logis dilakukan dengan simbol–simbol bahasa.
- Pada
diri manusia terjadi self-verbalization,yaitu mengatakan sesuatu secara
terus menerus kepada dirinya.
- Pemikiran
tak logis-irrasional dapat dikembalikan pada pemikiran logis dengan
teroganisasi persepsi.
B.
TUJUAN
Adapun tujuan RET adalah sebagai
berikut:
- Memperbaiki
dan mengubah sikap, persepsi, cara berfikir, keyakinan serta pandangan
klien yang irrasional menjadi rasional, sehingga ia dapat mengembangkan
diri dan mencapai realisasi diri yang optimal.
- Menghilangkan
gangguan emosional yang dapat merusak diri seperti: benci, takut, rasa
bersalah, cemas, was–was, marah, agar dapat menghadapi kenyataan hidup
secara rasional dan membangkitkan kepercayaan diri, nilai–nilai dan
kepercayaan diri.
Tiga tingkatan insight yang perlu
dicapai klien dalam konseling dengan pendekatan rasional-emotif:
- Insight
dicapai ketika klien memahami tentang tingkah laku penolakan diri yang
dihubungkan dengan penyebab sebelumnya yang sebagian besar sesuai dengan
keyakinannya tentang peristiwa–peristiwa yang diterima (antecedent event) pada saat yang
lalu.
- Insight
terjadi ketika konselor membantu klien untuk memahami bahwa apa yang
menganggu klien pada saat ini adalah karena berkeyakinan yang irasional
terus dipelajari dari yang diperoleh sebelumnya.
- Insight
dicapai pada saat konselor membantu klien untuk mencapai pemahaman ketiga,
yaitu tidak ada jalan lain untuk keluar dari hembatan emosional kecuali
dengan mendeteksi dan melawan keyakinan yang irasional.
Sumber: