Seiring berjalannya waktu, internet
telah merubah kebiasaan dari masyarakat dan secara tidak langsung telah
memberikan pengaruh yang besar kepada diri kita dan juga orang lain. Internet
membuat individu dapat merubah identitasnya secara tidak langsung, karena
internet bukan merupakan komunikasi face-to-face
atau langsung secara realitas. Namun bagaimanapun internet tetap memiliki
dampak negative dan positif. Internet dapat membuat kemajuan pada diri kita
namun bila penggunaannya salah maka akan menghancurkan diri kita sendiri.
Identitas bukan sesuatu yang hanya
ada di dalam kepala kita namun juga kepribadian kita yang dapat dilihat
sehari-hari, seperti jenis kelamin, daerah asal, dan status sosial ekonomi.
Hal-hal tersebut memiliki dampak bagaimana kita berhubungan dengan internet dan
bagaimana kita terkena dampak dari internet.
PEMIKIRAN BARU TENTANG IDENTITAS
Para psikolog percaya bahwa identitas
atau kepribadian diri berasal dari factor biologis dan factor pengalaman yang
kita alami selama hidup. Namun dalam ber-internet, individu dapat merubah
dirinya menjadi seseorang yang berbeda. Individu dapat menampilkan identitas
yang berbda dari identitas aslinya. Hal tersebut dapat menyebabkan Dissociative Identity Desorder. Hal
tersebut terasa normal pada awalnya namun lama kelamaan kepribadiannya akan
terasa membingungkan individu tersebut.
Bahkan terkadang ada yang lebih
nyaman menampilkan dirinya dalam dunia internet dibandingkan secara langsung.
Mereka dapat menampilkan emosionalnya secara langsung namun pada realita mereka
kurang nyaman dalam berkomunikasi.
Bagaimanapun internet tetap memiliki
dampak baiik karena dapat mengakses berbagai macam hal dan informasi dengan
mudah.
Bila orang yang sedang online dan di
realitasnya adalah orang yang berbeda maka hal tersebut dapat menyebabkan
Psychologycal Distress. Terkadang media online juga dapat menyakiti hati orang
dan menyebabkan hubungan terganggu.
SATU ATAU BANYAK ORANG: EKSPLORASI REMAJA
Identitas didapatkan dari biologis
dan pengalaman. Namun pada saat remaja, identitas masih berubah-ubah sehingga
belum memiliki identitas yang dominan. Identitas yang berubah-ubah terkadang
mengganggu lingkungan sekitar pada realitanya. Namun memang dianjurkan bagi
anak-anak untuk mencoba beberapa kepribadian, namun percobaan kepribadian
bukanlah dianjurkan secara tidak langsung di media online melainkan secara
langsung di realita.
Kebanyakan orang menampilkan dirinya
di dunia online secara lebih cantik atau lebih macho. Mereka juga menunjukkan
dirinya yang ekstrovert dalam dunia online. Hal tersebut menyebabkan terjadinya
adanya dua kepribadian yaitu kepribadian online dan kepribadian offline.
Hal-hal tersebut dapat menyebabkan
persepsi yang berbeda terhadap individu dari orang lain dan juga menyebabkan
mereka sulit berkomunikasi secara langsung karena lebih menyenangi komunikasi
online.
Namun bila kepribadian aslinya dan
kepribadian onlinenya tidak berbeda jauh maka hal tersebut masih dikatakan
baik.
EKSPANSI DIRI ATAU RASA MALU SAAT BERINTERNET
Banyak orang menemukan diri mereka
bertindak dengan cara-cara tidak berkarakter online, karena fenomena yang
disebut rasa malu .
Rasa malu didefinisikan sebagai
ketidakmampuan untuk mengontrol perilaku impulsif , pikiran atau perasaan dan
lainnya. orang berkomunikasi dengan cara yang mereka biasanya tidak akan
melakukan saat tidak berinternet.
Enam alasan mengapa orang
memperpanjang ekspresi emosional mereka untuk dirinya saat berinternet:
1. anonimitas Dissociative
2. Gaib
3. Asynchronity
4. introyeksi solipsistik
5. imajinasi Dissociative
6. Minimalisasi status dan otoritas
INTOVERTS DAN EXTROVERT ONLINE
Disebut "studi paradoks
internet" Penelitian ini awalnya menemukan bahwa penggunaan internet
meningkat kesepian dan depresi pada sampel orang-orang yang menerima komputer
gratis dan akses internet di hari-hari awal internet.
Mereka menemukan bahwa sejalan dengan
kepribadian mereka, ekstrovert meningkatnya kontak sosial mereka dengan menjadi
online, sementara introvert yang menggunakan internet secara ekstensif menurun
kontak sosial. Hasil yang sama ditemukan dengan kesepian, ekstrovert menjadi
tidak kesepian dengan penggunaan internet yang luas dan introvert menjadi lebih
kesepian.
THE INFLUENCE OF AGE, ETHNICITY, CULTURE, AND POVERTY
Pengaruh dari Umur, Etnis, Budaya dan
Kemiskinan
Seperti pada penjelasan sebelumnya,
kepribadian tidak terlalu berpengaruh dalam mententukan penggunaan internet,
hal ini di karenakan seorang individu juga dipengaruhi oleh umur, etnis, budaya
dan status ekonomi-sosial mereka
Pertama-tama adalah :
(Kaum tua) Elderly
Kaum tua (yang berumur diatas 65
tahun +) adalah kaum yang biasanya paling sedikit menggunakan internet namun
pada akhir-akhir ini jumlahnya meningkat. Koten yang mereka akses pun
bervariasi dan kaum tua dengan status sosial tinggi lebih cenderung sering
on-line dibanding yang minoritas, serta kaum-kaum tua umumnya mengakses koten
yang berhubungan dengan kesehatan fisik dan mental (seperti informasi medis,
cara menghilangkan stress, hal-hal religius, dll)
Socioeconomic Status and Culture
(Status sosial ekonomi dan budaya)
Jumlah pengguna internet pada saat
ini (di amerika utara terutama) mayoritas adalah laki-laki kelas menengah,
norris dalam bukunya the digital divide (2000) mengatakan bahwa penduduk di
area yang tingkat sosial ekonominya tinggi akan lebih banyak menggunakan
internet.
Selain itu internet juga dapat
berperan sebagai jembatan komunikasi antar tempat yang berjauhan yang mana
dapat memudahkan orang untuk menjalin komunikasi jarak jauh, mereka dengan
kelas sosial tinggi akan cenderung individualis sementara mereka dengan kelas
sosial menegah kebawah biasanya cenderung kolektif (berkelompok).
Catatan juga bahwa di beberapa negara
seperti amerika yang dimana ras asfrika-amerika nya adalah minoitas menggunakan
internet untuk memudahkan hidup mereka dalam berkomunikasi dan berusaha,
sehingga angka penggunaan nya cukup tinggi meskipun mereka adalah minoritas.
Ethnicity
Menurut survey yang diadakan di
amerika oleh NUA internet survey, etnis yang mendominasi penggunaan internet
adalah caucasian (sekitar 87.5 miliar orang) dan sebagian besar bergender
laki-laki. Menurut Badagliaco (1990) laki-laki cenderung memiliki pengalaman
menggunakan komputer yang lebih baik dibanding wanita.
Sementara itu di sisilain, etnis
africa amerika juga mulai banyak yang menggunakan internet karena mereka
melihat peluang dalam internet agar supaya mereka dapat meningkatkan kualitas
hidup mereka. Namun di internet juga dapat menjadi tempat beredarnya hal-hal
yang memiliki koten rasisme yang mana seringkali menjadi penyebab konflik antar
etnis karena tidak adanya regulasi di internet yang hampir selalu di menangkan
oleh kaum mayoritas.
DIRI SEBAGAI DEMOGRAFIS ONLINE
Psikolog perkembangan telah
menunjukkan kepada kita bahwa salah satu elemen paling awal
dalam pembangunan kesadaran diri kita
adalah jenis kelamin. Elemen yang juga penting dalam pengembangan diri adalah
elemen dari usia, ras, budaya, dan status sosial ekonomi.
Pada tahun 1998, Morahan-Martin
mencatat:
Ada kesenjangan gender dalam
penggunaan Internet dari masa kanak-kanak, anak laki-laki lebih
berpengalaman dengan komputer dan memiliki sikap yang lebih baik terhadap
komputer daripada perempuan. Perbedaan jenis kelamin dalam penggunaan komputer,
pengalaman dan sikap serta budaya komputer dapat ditransfer ke penggunaan
Internet dan sikap. Pada kenyataannya, budaya Internet ini dikembangkan oleh
penggunanya awal, terutama laki-laki yang merupakan sorang ilmuwan,
matematikawan, dan hacker komputer berteknologi canggih. Budaya ini dapat
menyenangkan dan asing bagi perempuan.
Sementara Morahan-Martin berpendapat
bahwa kesenjangan ini berlanjut hari ini, setidaknya dalam pola penggunaan
(komunikasi pribadi, April 26, 2005), UCLA kelompok (Cole et al., 2003)
melaporkan bahwa sebagian besar pria dan wanita sekarang menggunakan internet
(73,1% dari laki-laki dan 69% dari perempuan).
Dalam hal ini, pola penggunaan
internet bukanlah hal yang baru. Telepon ini awalnya digunakan untuk urusan
pemerintahan provinsi dan untuk kebutuhan bisnis, tetapi oleh perempuan
diperoleh kenyamanan dan keakraban dengan media, lalu internet semakin
digunakan untuk laki-laki dengan tujuan-tujuan sosial. Sebuah laporan oleh
Williamson di eMarketer (Mei 2005) menunjukkan bahwa dari tahun 2004, perempuan
telah menjadi sebagian besar pengguna Internet Amerika Serikat (51,6%) dan tren
ini diperkirakan akan terus menerus terjadi dan semakin berkembang. Perempuan
telah menggunakan Internet untuk penggunaan dalam permainan, kesehatan konten
dan musik, tetapi semakin mengalihkan konsumen untuk berbelanja online.
GENDER DAN PENGGUNAAN INTERNET
Kita mungkin akan berasumsi bahwa
laki-laki tertarik dengan video game dalam penggunaan internet, dan dengan
demikian, dapat ditemukan bahwa dalam perbedaan gender terdapat perbedaan dalam
kemampuan seperti kemempuan spasial. Kemungkinan bahwa penurunan
perbedaan-perbedaan ini adalah hasil, dalam hal ini adalah peningkatan komputer
sebagai media dan akses ke Internet. Wanita menggunakan semua media komunikasi
lebih banyak dari laki-laki. Hal ini yang terjadi dalam maraknya penggunaan
internet.
Internet dapat menyatu ke dalam
masyarakat kontemporer, keterampilan sosial biasanya yang dimiliki oleh wanita
semakin diperlukan untuk Penggunaan internet yang efektif. Kebutuhan
keterampilan sosial ini terutama terlihat dalam insiden disinhibition, sering
disebut gejolak yang dilihat dalam beberapa komunikasi Internet.
GENDER DAN BERMAIN GAME
Penelitian telah menunjukkan bahwa
bermain video game adalah prediktor kuat dalam penggunaan komputer dan Internet
(Morahan-Martin, 1998). Meunier (1996) menunjukkan bahwa laki-laki cenderung
lebih tertarik pada komputer daripada perempuan, fenomena ini berasal dari
sosialisasi di dalam maupun di luar sekolah dan cara bermain yang berbeda
preferensi dalam video game.