Friday, March 25, 2016

TEORI KEPRIBADIAN SEHAT

F. Kepribadian Sehat Menurut Abraham Maslow

1. Hirarki Kebutuhan Manusia
Maslow telah membentuk sebuah hirarki dari lima tingkat kebutuhan dasar. Dalam lima tingkat dari kebutuhan dasar, orang tidak merasa perlu memenuhi tingkat kedua hingga tuntutan pertama telah puas, maupun ketiga sampai kedua telah puas, dan selanjutnya. Hirarkinya adalah sebagai berikut:

Kebutuhan Fisiologis

Ini adalah kebutuhan biologis. Mereka terdiri dari kebutuhan oksigen, makanan, air, dan suhu tubuh relatif konstan. Mereka adalah kebutuhan kuat karena jika seseorang tidak diberi semua kebutuhan, fisiologis yang akan datang pertama dalam pencarian seseorang untuk kepuasan.
Kebutuhan Rasa Aman
Ketika semua kebutuhan fisiologis puas dan tidak mengendalikan pikiran lagi dan perilaku, kebutuhan keamanan dapat menjadi aktif. Orang dewasa memiliki sedikit kesadaran keamanan mereka kebutuhan kecuali pada saat darurat atau periode disorganisasi dalam struktur sosial (seperti kerusuhan luas). Anak-anak sering menampilkan tanda-tanda rasa tidak aman dan perlu aman.
Kebutuhan Rasa Kasih Sayang dan Cinta
Ketika kebutuhan untuk keselamatan dan kesejahteraan fisiologis puas, kelas berikutnya kebutuhan untuk cinta, sayang dan kepemilikan dapat muncul. Maslow menyatakan bahwa orang mencari untuk mengatasi perasaan kesepian dan keterasingan. Ini melibatkan kedua dan menerima cinta, kasih sayang dan memberikan rasa memiliki.
Kebutuhan Esteem
Ketika tiga kelas pertama kebutuhan dipenuhi, kebutuhan untuk harga bisa menjadi dominan. Ini melibatkan kebutuhan baik harga diri dan untuk seseorang mendapat penghargaan dari orang lain. Manusia memiliki kebutuhan untuk tegas, berdasarkan, tingkat tinggi stabil diri, dan rasa hormat dari orang lain. Ketika kebutuhan ini terpenuhi, orang merasa percaya diri dan berharga sebagai orang di dunia. Ketika kebutuhan frustrasi, orang merasa rendah, lemah, tak berdaya dan tidak berharga.
Kebutuhan untuk Aktualisasi Diri
Ketika semua kebutuhan di atas terpenuhi, maka dan hanya maka adalah kebutuhan untuk aktualisasi diri diaktifkan. Maslow menggambarkan aktualisasi diri sebagai orang perlu untuk menjadi dan melakukan apa yang orang itu “lahir untuk dilakukan.” “Seorang musisi harus bermusik, seniman harus melukis, dan penyair harus menulis.” Kebutuhan ini membuat diri mereka merasa dalam tanda-tanda kegelisahan. Orang itu merasa di tepi, tegang, kurang sesuatu, singkatnya, gelisah. Jika seseorang lapar, tidak aman, tidak dicintai atau diterima, atau kurang harga diri, sangat mudah untuk mengetahui apa orang itu gelisah tentang. Hal ini tidak selalu jelas apa yang seseorang ingin ketika ada kebutuhan untuk aktualisasi diri.
2. Kepribadian Sehat Menurut Abraham Maslow
Abraham Maslow mengatakan bahwa kepribadian yang sehat adalah Individu yang dapat mengaktualisasikan dirinya. Individu yang sehat adalah individu yang dapat mengaktualisasikan diri dengan baik dan imbang, yang artinya mengaktualisasikan diri secara optimal. Mereka dapat kebutuhan untuk memenuhi potensi-potensi yang mereka miliki dan mengetahui dan memahami dunia sekitar mereka. Syarat untuk dapat mengaktualisasikan diri sepenuhnya adalah memenuhi hierarki kebutuhan yang diatas.
3. Perbedaan Meta Needs dan Deficiency Needs
  • Meta Needs

Meta needs merupakan keadaan-keadaan pertumbuhan kearah mana pengaktualisasi-pengaktualisasi-diri bergerak. Maslow juga menyebut kebutuhan tersebut B-values, dan B-values adalah tujuan dalam dirinya sendiri dan bukan alat untuk mencapai tujuan lain, keadaan-keadaan ada dan bukan berjuang kearah objek tujuan yang sifatnya khusus. Apabila keadaan-keadaan ini ada sebagai kebutuhan-kebutuhan dan untuk memuaskan atau mencapai keadaan tersebut gagal, maka akan menyakitkan, sama seperti kegagalan untuk memuaskan beberapa kebutuhan yang lebih rendah.
  • Deficiency Needs

Sedangkan Deficiency needs, suatu kekurangan kebutuhan dimana individu tak dapat memenuhi kebutuhannya, kebutuhan yang timbul karena kekurangan. Untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan bantuan orang lain. Deficiency need ini meliputi: kebutuhan jasmaniah, keamanan, memiliki dan mencintai serta harga diri. Dan sifat-sifat dari deficiency needs adalah ketiadaannya menimbulkan penyakit, keberadaannya mencegah timbulnya penyakit, pemulihannya menyembuhkan penyakit, dalam situasi tertentu yang sangat kompleks dan di mana orang bebas memilih, orang  yang  kekurangan kebutuhan akan mengutamakan pemuasan kebutuhan ini dibandingkan jenis kepuasan yang lain. Serta kebutuhan ini tidak aktif, lemah, atau secara fungsional tidak terdapat pada orang yang sehat.
4. Ciri-ciri Actualized People
Adapun ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
  • Mempunyai persepsi akan kenyataan yang lebih efisien
  • Menerima dirinya sendiri, orang lain dan alam.
  • Memiliki spontanitas, kesederhanaan dan kealamian
  • Dalam kehidupannya mereka melakukan pendekatan yang berfokus pada masalah.
  • Mempunyai kebutuhan akan privasi.
  • Memiliki kemandirian.
  • Melakukan penghargaan dengan cara yang selalu baru.
  • Mengalami pengalaman-pegalaman puncak.
  • Memiliki keterikatan sosial.
  • Memiliki hubungan interpersonal yang kuat.
  • Memiliki sikap yang demokratis
  • Mempunyai kemampuan untuk membedakan antara cara dan tujuan.
  • Memiliki rasa humor yang filosofis.
  • Mempunyai kreativitas
  • Tidak memilik enkulturasi yang diharuskan oleh kultur.

Sumber:

Schultz, D. (1991). Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta: KANISUS
Samsyu Yusuf dan Juntika Nurihsan. (2007). Teori Kepribadian. Bandung: Rosda

Friday, March 18, 2016

TEORI KEPRIBADIAN SEHAT

E. Kepribadian Sehat Menurut Carl Rogers

Carl Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis yang berpusat pada klien (client centered). Rogers kemudian menyusun teorinya dengan pengalamannya sebagai terapis selama bertahun-tahun. Teori Rogers mirip dengan pendekatan Freud, namun pada hakikatnya Rogers berbeda dengan Freud karena Rogers menganggap bahwa manusia pada dasarnya baik atau sehat. Dengan kata lain, Rogers memandang kesehatan mental sebagai proses perkembangan hidup alamiah, sementara penyakit jiwa, kejahatan, dan persoalan kemanusiaan lain dipandang sebagai penyimpangan dari kecenderungan alamiah.
1). Perkembangan Kepribadian “Self”
Self atau self concept adalah konsep menyeluruh yang terorganisir mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku. Self concept menggambarkan konsep orang mengenai dirinya sendiri, ciri-ciri yang dianggapnya menjadi bagian dari dirinya, pandangan diri dalam berbagai perannya dalam kehidupan dan dalam kaitannya dengan hubungan interpersonal.
Konsep pokok dari teori kepribadian Rogers adalah self, sehingga dapat dikatakan selfmerupakan struktur kepribadian yang sebenarnya. Carl Rogers mendeskripsikan the self  atau self-structure sebagai sebuah konstruk yang menunjukan bagaimana setiap individu melihat dirinya sendiri. Self ini dibagi 2 yaitu :
1. Real Self adalah keadaan diri individu saat ini.
2. Ideal Self adalah keadaan diri individu yang ingin dilihat oleh individu itu sendiri atau apa yang ingin dicapai oleh individu tersebut.
Perhatian Rogers yang utama adalah bagaimana organisme dan self dapat dibuat lebih kongruen/ sebidang. Artinya ada saat dimana self berada pada keadaan inkongruen,  kongruensi self ditentukan oleh kematangan, penyesuaian, dan kesehatan mental, self yang kongruen adalah yang mampu untuk menyamakan antara interpretasi dan persepsi “self I” dan “self me” sesuai dengan  realitas dan interpretasi self yang lain. Semakin lebar jarak antara keduanya, semakin lebar ketidaksebidangan ini. Semakin besar ketidaksebidangan, maka semakin besar pula penderitaan yang dirasakan dan jika tidak mampu maka akan terjadi ingkongruensi atau mal-adjustment atau neurosis. Misalkan anda memiliki ideal selfsebagai orang yang memiliki bentuk tubuh ideal serta memiliki prestasi yang tinggi dibanding teman –teman anda, tetapi nyatanya real self anda adalah orang yang tidak memiliki bentuk tubuh yang ideal serta prestasi anda adalah rata-rata dengan teman-teman anda maka akan ada kesenjangan antara real self dan ideal self yang dapat menimbulkan kecemasan.
Bila seseorang, antara “self concept”nya dengan organisme mengalami keterpaduan, maka hubungan itu disebut kongruen (cocok) tapi bila sebaliknya maka disebut Inkongruen (tidak cocok) yang bisa menyebabkan orang mengalami sakit mental, seperti merasa terancam, cemas, defensive dan berpikir kaku serta picik. Sedangkan ciri-ciri orang yang mengalami sehat secara psikologis (kongruen), dalam Syamsu dan Juntika (2010:145) disebutkan sebagai berikut :
  1. Seseorang mampu mempersepsi dirinya, orang lain dan berbagai peristiwa yang terjadi di lingkungannya secara objektif
  2. Terbuka terhadap semua pengalaman, karena tidak mengancam konsep dirinya
  3. Mampu menggunakan semua pengalaman
  4. Mampu mengembangkan diri ke arah aktualisasi diri (fully functioning person).
2). Peranan Positive Regard Dalam Pembentukan Kepribadian
Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain (warmth, liking, respect, sympathy & acceptance, love & affection). Kebutuhan ini disebut need for positive regardPositive regard terbagi menjadi 2 yaitu:
Conditional positive regard (bersyarat)  Conditional positive regard atau penghargaan positif bersyarat misalnya kebanyakan orang tua memuji, menghormati, dan mencintai anak dengan bersyarat,yaitu sejauh anak itu berpikir dan bertingkah laku seperti dikehendaki orangtua.
Unconditional positive regard (tak bersyarat). Unconditional positive regard disini anak tanpa syarat apapun dihargai dan diterima sepenuhnya.
Rogers menggambarkan pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami penghargaan positif tanpa syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai karena nilai adanya diri sendiri sebagai person sehingga ia tidak bersifat defensif namun cenderung untuk menerima diri dengan penuh kepercayaan. Setelah self dan organism bisa menjadi suatu kesatuan yang baik, namun ketika ia masuk ke lingkungan sosial luar yang beperan sebagai medan phenomenal. Belum tentu ia dapat berkembang dengan sebagaimana mestinya.
Untuk mengatasi tekanan yang dirasakan, Rogers berpendapat terdapat cara untuk mengatasinya, yaitu melalui Pertahanan. Ketika individu berada dalam incongruity maka pada saat itu individu berada dalam situasi terancam. Menjelang situasi yang mengancam itu individu akan merasa cemas. Salah satu cara menghindarinya adalah dengan melarikan diri dalam bentuk psikologis dengan menggunakan pertahanan-pertahanan. Dua macam cara pertahanan adalah pengingkaran dan distorsi perseptual.
Pengingkaran adalah individu memblokir situasi yang mengancam melaluimenyingkirkan kenangan buruk atau rangsangan yang memancing kenangan itu munculdari kesadaran (menolak untuk mengingatnya). Distorsi perseptual adalah penafsiran kembali sebuah situasi sedemikian rupasehingga tidak lagi dirasakan terlalu mengancam. Ketika pertahanan yang dilakukan seseorang runtuh dan merasa dirinya hancur berkeping-keping disebut sebagai psikosis. Akibatnya perilaku individu menjadi tidak konsisten, kata-kata yang keluar dari mulutnya tidak nyambung, emosinya tidak tertata, tidak mampu membedakan antara diri dan bukan diri serta menjadi individu yang tidak punya arah dan pasif.
3). Orang yang Berfungsi Sepenuhnya
  • Keterbukaan pada Pengalaman

Keterbukaan pada pengalaman adalah lawan dari sikap defensif. Setiap pendirian dan perasaan yang berasal dari dalam dan dari luar disampaikan ke system saraf organisme tanpa distorsi atau rintangan.
Orang yang demikian mengetahui segala sesuatu tentang kodratnya; tidak ada segi kepribadian tertutup. Kepribadian adalah fleksibel, tidak hanya mau menerima pengalaman-pengalaman yang diberikan oleh kehidupan, tetapi juga dapat menggunakannya dalam membuka kesempatan-kesempatan persepsidan ungkapan baru. Sebaliknya, kepribadian orang yang defensif, yang beroperasi menurut syarat-syarat penghargaan adalah statis, bersembunyi di belakang peranan-peranan, tidak dapat menerima atau bahkan mengetahui pengalaman-pengalaman tertentu.
Orang yang berfungsi sepenuhnya dapat dikatakan lebih “emosional” dalam pengertian bahwa dia mengalami banyak emosi yang bersifat positif dan negatif (misalnya, baik kegembiraan maupun kesusahan) dan mengalami emosi-emosi itu lebih kuat daripada orang yang defensif.
  • Kehidupan Eksistensial

Orang yang berfungsi sepenuhnya, hidup sepenuhnya dalam setiap momen kehidupan, karena orang yang sehat terbuka kepada semua pengalaman, maka diri atau kepribadian terus-menerus dipengaruhi atau disegarkan oleh tiap pengalaman, akan tetapi orang yang defensif harus mengubah suatu pengalaman baru untuk membuatnya harmonis dengan diri; dia memiliki suatu struktur diri yang berprasangka dimana semua pengalaman harus cocok dengannya.
Rogers percaya bahwa kualitas dari kehidupan eksistensial ini merupakan segi yang sangat esensial dari kepribadian yang sehat. Kepribadian terbuka kepada segala sesuatu yang terjadi pada momen itu dan dia menemukan dalam setiap pengalaman suatu struktur yang dapat berubah dengan mudah sebagai respons atas pengalaman momen yang berikutnya.
  • Kepercayaan Terhadap Organisme Orang Sendiri

Prinsip ini mungkin paling baik dipahami dengan menunjuk kepada pengalaman Rogers sendiri. Dia menulis “apabila suatu aktivitas terasa seakan-akan berharga atau perlu dilakukan, maka aktivitas itu perlu dilakukan. Dengan kata lain saya telah belajar bahwa seluruh perasaan organismik saya terhadap suatu situasi lebih dapat dipercaya daripada pikiran saya?”.
Dengan kata lain, bertingkah laku menurut apa yang dirasa benar, merupakan pedoman yang sangat dapat diandalkan dalam memutuskan suatu tindakan, lebih dapat diandalkan daripada faktor-faktor rasional atau intelektual.
Karena seluruh kepribadian mengambil bagian dalam proses membuat keputusan, maka orang-orang yang sehat percaya akan keputusan mereka, seperti mereka percaya akan diri mereka sendiri. Sebaliknya orang-orang yang defensif membuat keputusan-keputusan menurut larangan-larangan yang membimbing tingkah lakunya.
  • Perasaan Bebas

Rogers percaya bahwa semakin seseorang sehat secara psikologis, semakin juga ia mengalami kebebasan untuk memilih dan bertindak. Orang yang sehat dapat memilih dengan bebas tanpa adanya paksaan-paksaan atau rintangan-rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan, dan juga memiliki perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya, tidak diatur oleh tingkah laku, keadaan, atau peristiwa-peristiwa masa lampau, karena merasa bebas dan berkuasa maka orang yang sehat melihat sangat banyak pilihan dalam kehidupan dan merasa mampu melakukan apa saja yang mungkin ingin dilakukannya.
Orang yang defensif tidak memiliki perasaan-perasaan bebas. Orang ini dapat memutuskan untuk bertingkah laku dengan cara tertentu, namun tidak dapat mewujudkan pilihan bebas itu ke dalam tingkah laku yang aktual.
  • Kreativitas

Semua orang yang berfungsi sepenuhnya sangat kreatif. Orang yang kreatif kerpakali benar-benar menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan dari situasi khusus apabila konformitas yang demikian itu akan membantu memuaskan kebutuhan merka dan memungkinkan mereka mengmbangkan diri mereka sampai ke tingkat paling penuh.
Orang yang defensif, yang kurang merasa bebas, yang tertutup terhadap banyak pengalaman, dan yang hidup dalam garis-garis pedoman yang telah dikodratkan adalah tidak kreatif dan tidak spontan.
Rogers percaya bahwa orang-orang yang berfungsi sepenuhnya lebih mampu menyesuaikan diri dan bertahan terhadap perubahan-perubahan yang drastis dalam kondisi-kondisi lingkungan. Mereka memiliki kreativitas dan spontanitas untuk menanggulangi perubahan-perubahan traumatis seklipun seperti dalam pertempuran atau bencana-bencana alamiah.
Sumber:
Schultz, D. (1991). Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta: KANISUS
Samsyu Yusuf dan Juntika Nurihsan. (2007). Teori Kepribadian. Bandung: Rosda

Friday, March 11, 2016

TEORI KEPRIBADIAN SEHAT

C. Kepribadian Sehat Menurut Aliran Humanistik

Istilah psikologi humanistik (Humanistic Psychology) diperkenalkan oleh sekelompok ahli psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerja sama di bawah kepemimpinan Abraham Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh atas pemikiran intelektual dalam psikologi. Kedua teori yang dimaksud adalah psikoanalisis dan behaviorisme. Maslow menyebut psikologi humanistik sebagai “kekuatan ketiga” (a third force) karena humanistik muncul sebagai kritik terhadap pandangan tentang manusia yang mekanistik ala behaviorisme dan pesimistik ala psikoanalisa.

Menurut aliran humanistik kepribadian yang sehat, individu dituntut untuk mengembangkan potensi yang terdapat didalam dirinya sendiri. Bukan saja mengandalakan pengalaman-pengalaman yang terbentuk pada masa lalu dan memberikan diri untuk belajar mengenai suatu pola mengenai yang baik dan benar sehingga menghasilkan respon individu yang bersifat pasif.

Ciri dari kepribadian sehat adalah mengatualisasikan diri, bukan respon pasif buatan atau individu yang terimajinasikan oleh pengalaman-pengalaman masa lalu. Aktualisasi diri adalah mampu mengedepankan keunikan dalam pribadi setiap individu, karena setiap individu memiliki hati nurani dan kognisi untuk menimbang-nimbang segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya.

Kepribadian yang sehat menurut humanistik, perilaku yang mengarah pada aktualisasi diri:
1) Menjalani hidup seperti seorang anak, dengan penyerapan dan konsentrasi sepenuhnya.

2) Mencoba hal-hal baru ketimbang bertahan pada cara-cara yang aman dan tidak berbahaya.

3) Lebih memperhatikan perasaan diri dalam mengevaluasi pengalaman ketimbang suara tradisi, otoritas, atau mayoritas.

4) Jujur; menghindari kepura-puraan dalam “bersandiwara”.

5) Siap menjadi orang yang tidak popular bila mempunyai pandangan sebagian besar orang.

6) Memikul tanggung jawab.

7) Bekerja keras untuk apa saja yang ingin dilakukan.



D. Teori Kepribadian Sehat Menurut Allport

Allport lebih optimis tentang kodrat manusia daripada Freud, dan ia memperlihatkan suatu keharuan yang luar biasa terhadap manusia dan sifat-sifatnya yang tampaknya bersumber pada masa kanak-kanak. Secara umum teori Allport memberi definisi yang positif terhadap manusia, teori Allport itu telah membantu manusia untuk melihat diri sendiri sebagai mahkluk yang baik dan penuh harapan. Memandang satu pribadi positif dan apa adanya merupakan salah satu definisi pribadi sehat, inilah kelebihan dan kekuasaan dari teori Allport.

Kepribadian manusia menurut Allport adalah organisasi yang dinamis dari system psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik atau khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Tujuh criteria kematangan ini merupakan pandangan-pandangan Allport tentang sifat-sifat khusus dari kepribadian sehat.

1). Perluasan Perasaan Diri

Ketika diri berkembang, maka diri itu meluas menjangkau banyak orang dan benda. Mula-mula diri berpusat hanya pada individu kemudian diri bertambah luas meliputi nilai-nilai dan citi-cita yang abstrak. Orang harus menjadi partisipan yang langsung dan penuh. Allport menamakan hal ini “pertisipasi otentik yang dilakukan oleh orang dalam beberapa suasana yang penting dari usaha manusia”. Orang harus meluaskan diri ke dalam aktivitas.

Menurut Allport, suatu aktivitas harus relevan dan penting bagi diri; harus berarti sesuatu bagi orang itu. Apabila anda mengerjakan suatu pekerjaan karena anda percaya bahwa pekerjaan itu penting, menantang kemampuan, membuat anda merasa enak, maka anda merupakan seorang partisipan otentik dalam pekerjaan itu. Aktivitas itu lebih berarti daripada pendapatan yang diperoleh dan memuaskan kebutuhan-kebuthan lain juga.

Semakin seseorang terlibat sepenuhnya dengan berbagai aktivitas atau orang atau ide, maka ia semakin sehat secara psikologis. Diri menjadi tertanam dalam aktivitas-aktivitas yang penuh arti dan menjadi perluasan perasaan diri.

2). Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang-orang Lain

Allport membedakan dua macam kehangatan dalam hubungan dengan orang-orang lain: kapasitas untuk keintiman dan kapasitas untuk perasaan terharu.

Orang yang sehat secara psikologis mampu memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap orangtua, anak, partner, teman akrab. Apa yang dihasilkan oleh kapasitas untuk keintiman ini adalah suatu perasaan perluasan diri yang berkembang baik, syarat lain bagi kapasitas keintiman adalah suatu perasaan identitas diri yang berkembang dengan baik.

Ada perbedaan antara hubungan cinta dari orang yang neurotis dengan hubungan cinta dari kepribadian-kepribadian yang sehat. Orang-orang yang neurotis harus menerima cinta jauh lebih banyak daripada kemampuan mereka untuk memberinya. Apabila mereka membari cinta, maka cinta itu diberikan dengan syarat-syarat dan kewajiban-kewajiban yang bersifat timbal balik. Cinta dari orang yang sehat adalah tanpa syarat, tidak melumpuhkan, atau mengikat.

Perasaan terharu, tipe kehangatan yang kedua adalah suatu pemahaman tentang kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan semua bangsa. Orang yang sehat memiliki kapasitas untuk memahami kesakitan-kesakitan, penderitaan-penderitaan, ketakutan-ketakutan, dan kegagalan-kegagalan yang merupakan cirri kehidupan manusia. Empati ini timbul melalui “perluasan imajinatif” dan perasaan orang sendiri terhadap kemanusiaan pada umumnya.

Sebagai hasil dari kapasitas perasaan terharu, kepribadian yang matang sabar terhadap tingkah laku orang-orang lain dan tidak mengadili atau menghukumnya. Orang yang sehat menerima kelemahan-kelemahan manusia, dan mengetahui bahwa dia memiliki kelemahan-kelemahan yang sama. Akan tetapi, orang yang neurotis tidak sabar dan tidak mampu memahami sifat universal dari pengalaman-pengalaman dasar manusia.

3). Keamanan Emosional

Kepribadian-kepribadian yang sehat juga mampu menerima emosi-emosi manusia. Kepribadian-kepribadian yang sehat mengontrol emosi-emosi mereka, sehingga emosi-emosi ini tidak mengganggu aktivitas-aktivitas antarpribadi, emosi-emosi diarahkan kembali ke dalam saluran-saluran yang lebih konstruktif. Akan tetapi orang-orang yang neurotis menyerah pada emosi apa saja yang dominant pada saat itu, berkali-kali memperlihatkan kemarahan atau kebencian.

Kualitas lain dari keamanan emosional ialah apa yang disebut Allport “sabar terhadap kekecewaan”. Orang-orang yang sehat sabar menghadapi kemunduran-kemunduran, tidak menyerah diri kepada kekecewaan, tetapi mampu memikiran cara-cara yang berbeda, yang kurang menimbulkan kekecewaan untuk mencapai tujuan-tujuan yang sama atau tujuan-tujuan substitusi.

4). Persepsi Realistis

Orang-orang yang sehat memandang dunia mereka secara objektif. Sebaliknya, orang-orang yang neurotis kerapkali harus mengubah realitas supaya membuatnya sesuai dengan keinginan-keinginan, kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan-ketakutan mereka sendiri. Orang-orang yang sehat tidak perlu percaya bahwa orang-orang lain atau situasi-situasi semuanya jahat atau semuanya baik menurut suatu prasangka pribadi terhadap realitas. Mereka menerima realitas sebagaimana adanya.

5). Keterampilan-keterampilan dan Tugas-tugas

Keberhasilan dalam pekerjaan menunjukkan perkembangan keterampilan-keterampilan dan bakat-bakat tertentu, suatu tingkat kemampuan. Kita harus menggunakan keterampilan-keterampilan itu secara ikhlas, antusias, melibatkan dan menempatkan diri sepenuhnya dalam pekerjaan kita.

Allport mengemukakan bahwa ada kemungkinan orang-orang yang memiliki keterampilan-keterampilan menjadi neurotis, akan tetapi tidak mungkin menemukan orang-orang yang sehat dan matang yang tidak mengarahkan keterampilan mereka pada pekerjaan mereka. Allport mengutip apa yang dikatakan Harvey Cushing, ahli badah otak yang terkenal, “satu-satunya cara untuk melangsungkan kehidupan adalah menyelesaikan suatu tugas”.

Pekerjaan dan tanggung jawab memberikan arti dan perasaan kontinuitis untuk hidup. Tidak mungkin mencapai kematangan dan kesehatan psikologis yang positif tanpa melakukan pekerjaan yang penting melakukannya dengan dedikasi, komotmen, dan keterampilan-keterampilan.

6). Pemahaman Diri

Kepribadian yang sehat mencapai suatu tingkat pemahaman diri yang lebih tinggi daripada orang-orang yang neurotis. Orang yang sehat terbuka pada pendapat orang-orang lain dalam merumuskan suatu gambaran diri yang objektif.

Orang yang memilii suatu tingkat pemahaman diri (self objectification) yang tinggi atau wawasan diri tidak mungkin memproyeksikan kualitas-kualitas pribadinya yang negatif kepada orang lain. Allport juga mengemukakan bahwa orang yang memiliki wawasan diri yang lebih baik adalah lebih cerdas daripada orang yang memiliki wawasan diri yang kurang.

7). Filsafah Hidup yang Mempersatukan

Bagi Allport rupanya mustahil memiliki suatu kepribadian yang sehat tanpa aspirasi-aspirasi dan arah ke masa depan. Allport menekankan bahwa nilai-nilai (bersama dengan tujuan-tujuan) adalah sangat penting bagi perkembangan suatu filsafat hidup yang mempersatukan.

Memiliki nilai-nilai yang kuat, jelas memisahkan orang yag sehat dari orang yang neurotis. Orang yang neurotis tidak memiliki nilai-nilai atau hanya memiliki nilai-nilai yang terpecah-pecah dan bersifat sementara sehingga tidak cukup kuat untuk mengikat atau mempersatukan semua segi kehidupan.

Suara hati juga ikut berperan dalam suatu filsafat hidup yang mempersatukan. Suara hati yang tidak matang atau neurotis sama seperti suara hati kanak-kanak, yang patuh, membudak, penuh dengan pembatasan-pembatasan dan larangan-larangan yang dibawa dari masa kanak-kanak ke dalam masa dewasa. Sedangkan suara hati yang matang adalah suatu perasaan kewajiban dan tangggung jawab kepada diri sendiri dan orang lain.

Sumber:

Sunday, March 6, 2016

TEORI KEPRIBADIAN SEHAT

A. Kepribadian Sehat Berdasarkan Aliran Psikoanalisis

Psikoanalisis merupakan suatu bentuk model kepribadian. Teori ini sendriri pertama kali diperkenalkan oleh Sigmund Freud (1856-1938). Freud pada awalnya memang mengembangkan teorinya tengtang struktur kepribadian dan sebab-sebab gangguan jiwa dan dengan konsep teorinya yaitu perilaku dan pikiran dengan mengatakan bahwa kebanyakan apa yang kita lakukan dan pikirkan hasil dari keinginan atau dorongan yang mencari pemunculan dalam perilaku dan pikiran. menurut teori psikoanalisa, inti dari keinginan dorongan ini adalah bahwa mereka bersembunyi dari kesadaran individual. Teori ini juga membahas tentang analisis mimpi terhadap seseorang.

Apabila dorongan – dorongan ini tidak dapat disalurkan, dapat menyebabkan gangguan kepribadian dan juga memggangu kesehatan mental yang disebut psikoneurosis. Dengan menggunakan analisis mimpi pasien dengan gangguan neurosis mendapat pengobatan. Freud dapat membongkar ingatan dari masa lampau dengan menggunakan mimpi. Dengan kata lain, mereka tidak disadari. Ini adalah ekspresi dari dorongan tidak sadar yang muncul dalam perilaku dan pikiran. Istilah “motivasi yang tidak disadari” / (unconscious motivation) menguraikan ide kunci dari psikoanalisa. Psikoanalisis mempunyai metode untuk membongkar gangguan – gangguan yang terdapat dalam ketidaksadaran ini, antara lain dengan metode analisis mimpi dan metode asosiasi bebas.

Teori psikologi Freud didasari pada keyakinan bahwa dalam diri manusia terdapat suatu energi psikis yang sangat dinamis. Energi psikis inilah yang mendorong individu untuk bertingkah laku. Menurut psikoanalisis, energi psikis itu berasumsi pada fungsi psikis yang berbeda yaitu: Id, Ego dan Super Ego.
  • Id: merupakan bagian palung primitif dalam kepribadian, dan dari sinilah nanti ego dan Super Ego berkembang. Dorongan dalam Id selalu ingin dipuaskan dan menghindari yang tidak menyenangkan.
  • Ego: merupakan bagian “eksekutif” dari kepribadian, ia berfungsi secara rasional berdasakan prinsip kenyataan. Berusaha memenuhi kebutuhan Id secara realistis,yaitu dimana Ego berfungsi untuk menyaring dorongan-dorongan yang ingin dipuaskan oleh Id berdasarkan kenyataan.
  • Super Ego: merupakan gambaran internalisasi nilai moral masyarakat yang diajarkan orang tua dan lingkungan seseorang. Pada dasarnya Super Ego merupakan hati nurani seseorang dimana berfungsi sebagai penilai apakah sesuatu itu benar atau salah. Karena itu Super Ego berorientasi pada kesempurnaan.


Kepribadian sehat menurut Psikoanalisis:
1.  Menurut freud kepribadian yang sehat yaitu jika individu bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah.
2.  Kemampuan dalam mengatasi tekanan dan kecemasan, dengan belajar.
3.  Mental yang sehat ialah seimbangnya fungsi dari superego terhadap id dan ego.
4.  Tidak mengalami gangguan dan penyimpangan pada mentalnya.
5.  Dapat menyesuaikan keadaan dengan berbagai dorongan dan keinginan.

B. Kepribadian Sehat Menurut Aliran Behavioristik

Behaviorisme juga disebut psikologi S – R (stimulus dan respon). Behaviorisme menolak bahwa pikiran merupakan subjek psikologi dan bersikeras bahwa psokologi memiliki batas pada studi tentang perilaku dari kegiatan-kegiatan manusia dan binatang yang dapat diamati. Teori Behaviorisme sendiri pertama kali diperkenalkan oleh John B. Watson (1879-1958)

Aliran behaviorisme mempunyai 3 ciri penting:
1. Menekankan pada respon-respon yang dikondisikan sebagai elemen dari perilaku.
2. Menekankan pada perilaku yang dipelajari dari pada perilaku yang tidak dipelajari. Behaviorisme menolak kecenderungan pada perilaku yang bersifat bawaan.
3. Memfokuskan pada perilaku binatang. Menurutnya, tidak ada perbedaan alami antara perilaku manusia dan perilaku binatang. Kita dapat belajar banyak tentang perilaku kita sendiri dari studi tentang apa yang dilakukan binatang.

Menurut penganut aliran ini perilaku selalu dimulai dengan adanya rangsangan yaitu berupa stimulus dan diikuti oleh suatu reaksi beupa respons terhadap rangsangan itu.
Jadi menurut Behaviorisme manusia dianggap memberikan respons secara pasif terhadap stimulus-stimulus dari luar. Kepribadian manusia sebagai suatu sistem yang bertingkah laku menurut cara yang sesuai peraturannya dan menganggap manusia tidak memiliki sikap diri sendiri.

Kepribadian sehat menurut Behavioristik:
1. Memberikan respon terhadap faktor dari luar seperti orang lain dan lingkungannya.
2. Bersifat sistematis dan bertindak dengan dipengaruhi oleh pengalaman.
3. Sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal, karena manusia tidak memiliki sikap dengan bawaan sendiri.
4.Menekankan pada tingkah laku yang dapat diamati dan menggunakan metode yang obyektif.



Sumber:


Friday, March 4, 2016

KESEHATAN MENTAL (Pengantar)

Secara etimologis, kata "mental" berasal dari bahasa latin, yaitu "mens" atau "mentis" yang artinya roh, sukma, jiwa atau nyawa. Di dalam bahasa Yunani, kesehatan terkandung dalam kata hygiene, yang artinya ilmu kesehatan. Maka kesehatan mental termasuk dalam hygiene mental (ilmu kesehatan mental).

Menurut Kartini Kartono dan Jenny Andary dalam Yusak, ilmu kesehatan mental adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan mental/jiwa, yang bertujuan mencegah timbulnya gangguan/penyakit mental dan gangguan emosi, dan berusaha mengurangi atau menyembuhkan penyakit mental, serta memajukan kesehatan jiwa rakyat.

A. Orientasi Kesehatan Mental

Menurut WHO, kesehatan mental adalah suatu kondisi ‘sejahtera’ dimana individu dapat merealisasikan kecakapannya, dapat melakukan coping terhadap tekanan hidup yang normal, bekerja dengan produktif dan memiliki konstribusi dalam kehidupan di komunitasnya.
Menurut Jahoda (Ihrom, 2008), kesehatan mental mencakup :
a) Sikap kepribadian yang baik terhadap diri sendiri, kemampuan mengenali diri dengan baik.
b) Pertumbuhan dan perkembangan serta perwujudan diri yang baik.
c) Keseimbangan mental, kesatuan pandangan dan ketahanan terhadap segala tekanan.
d) Otonomi diri yang mencakup unsur-unsur pengatur kelakuan dari dalam atau kelakuan-kelakuan bebas.
e) Persepsi mengenai realitas, terbebas dari penyimpangan kebutuhan serta memiliki empati dan kepekaan sosial.
f) Kemampuan menguasai dan berintegrasi dengan lingkungan.
Assagioli, (Ihrom, 2008) mendefinisikan, kesehatan mental adalah terwujudnya integritas kepribadian, keselarasan dengan jati diri, pertumbuhan ke arah realisasi diri, dan ke arah hubungan yang sehat dengan orang lain.
(Zakiyah Darojah, 1975) kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan antara fungsi-fungsi jiwa, serta kesanggupan untuk menghadapi problem-problem biasa yang terjadi dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya.
Secara garis besar, kesehatan mental merupakan kondisi yang bersifat kontinum, dimana setiap kondisi kesehatan mental individu memiliki berbagai nilai yang berbeda-beda serta sulit untuk dikenali kecuali menunjukkan ‘gejala’ yang menonjol.
B. Konsep Sehat
Konsep sehat didefinisikan sebagai suatu keadaan dan kualitas dari organ tubuh yang berfungsi secara wajar dengan segala faktor keturunan dan faktor lingkungan yang dimiliki. Sehat dapat dikatakan, suatu kondisi normal (baik) secara fisik, emosi (EQ), intelektual (IQ), spritual (SQ) dan juga sosial. Dari pernyataan tersebut terdapat beberapa dimensi sehat sebagai berikut:
- Fisik: Dikatakan sehat, bila dalam keadaan fisiologisnya terlihat normal, tidak cacat, dan tidak kekurangan suatu unsur apapun.
- Emosi: Orang yang sehat secara emosi dapat terlihat dari kestabilan dan kemampuannya untuk mengontrol dan mengekspresikan perasaannya (marah, sedih, atau senang) secara tidak berlebihan, serta mampu mendisiplinkan diri.
- Intelektual: Dikatakan sehat secara intelektual adalah bila seseorang memiliki kecerdasan dalam kategori yang baik dan mampu melihat realitas. Memiliki nalar yang baik dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan.
- Spiritual: Orang yang sehat secara spiritual adalah mereka yang memiliki ketenangan jiwa dengan id mereka secara rohani, dianggap sehat karena tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kewajaran dan dapar berbpikil rasional.
- Sosial: Dikatakan sehat secara soasialnya apabila seseorang dapat berinteraksi dengan baik dengan lingkungan sekitarnya.
C. Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental
Seperti juga psikologi yang mempelajari hidup kejiwaan manusia, dan memiliki usia sejak adanya manusia di dunia, maka masalah kesehatan jiwa itupun telah ada sejak beribu-ribu tahun yang lalu dalam bentuk pengetahuan yang sederhana.
Beratus-ratus tahun yang lalu orang menduga bahwa penyebab penyakit mental adalah syaitan-syaitan, roh-roh jahat dan dosa-dosa. Oleh karena itu para penderita penyakit mental dimasukkan dalam penjara-penjara di bawah tanah atau dihukum dan diikat erat-erat dengan rantai besi yang berat dan kuat. Namun, lambat laun ada usaha-usaha kemanusiaan yang mengadakan perbaikan dalam  menanggulangi orang-orang yang terganggu mentalnya ini. Philippe Pinel di Perancis dan William Tuke dari Inggris adalah salah satu contoh orang yang berjasa dalam mengatasi dan menanggulangi orang-orang yang terkena penyakit mental. Masa-masa Pinel dan Tuke ini selanjutnya dikenal dengan masa pra ilmiah karena hanya usaha dan praksis yang mereka lakukan tanpa adanya teori-teori yang dikemukakan.
Masa selanjutnya adalah masa ilmiah, dimana tidak hanya praksis yang dilakukan tetapi berbagai teori mengenai kesehatan mental dikemukakan. Masa ini berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan alam di Eropa.
Dorothea Dix merupakan seorang pionir wanita dalam usaha-usaha kemanusiaan berasal dari Amerika. Ia berusaha menyembuhkan dan memelihara para penderita penyakit mental dan orang-orang gila. Sangat banyak jasanya dalam memperluas dan memperbaiki kondisi dari 32 rumah sakit jiwa di seluruh negara Amerika bahkan sampai ke Eropa. Atas jasa-jasa besarnya inilah Dix dapat disebut sebagai tokoh besar pada abad ke-19.
Tokoh lain yang banyak pula memberikan jasanya pada ranah kesehatan mental adalah Clifford Whittingham Beers (1876-1943). Beers pernah sakit mental dan dirawat selama dua tahun dalam beberapa rumah sakit jiwa. Ia mengalami sendiri betapa kejam dan kerasnya perlakuan serta cara penyembuhan atau pengobatan dalam asylum-asylum tersebut. Sering ia didera dengan pukulan-pukulan dan jotosan-jotosan, dan menerima hinaan-hinaan yang menyakitkan hati dari perawat-perawat yang kejam. Dan banyak lagi perlakuan-perlakuan kejam yang tidak berperi kemanusiaan dialaminya dalam rumah sakit jiwa tersebut. Setelah dirawat selama dua tahun, beruntung Beers bisa sembuh.
Di dalam bukunya ”A Mind That Found Itself”, Beers tidak hanya melontarkan tuduhan-tuduhan terhadap tindakan-tindakan kejam dan tidak berperi kemanusiaan dalam asylum-asylum tadi, tapi juga menyarankan program-program perbaikan yang definitif pada cara pemeliharaan dan cara penyembuhannya. Pengalaman pribadinya itu meyakinkan Beers bahwa penyakit mental itu dapat dicegah dan pada banyak peristiwa dapat disembuhkan pula. Oleh keyakinan ini ia kemudian menyusun satu program nasional, yang berisikan:
  1. Perbaikan dalam metode pemeliharaan dan penyembuhan para penderita mental.
  2. Kampanye memberikan informasi-informasi agar orang mau bersikap lebih inteligen dan lebih human atau berperikemanusiaan terhadap para penderita penyakit emosi dan mental.
  3. Memperbanyak riset untuk menyelidiki sebab-musabab timbulnya penyakit mental dan mengembangkan terapi penyembuhannya.
  4. Memperbesar usaha-usaha edukatif dan penerangan guna mencegah timbulnya penyakit mental dan gangguan-gangguan emosi.
William James dan Adolf Meyer, para psikolog besar, sangat terkesan oleh uraian Beers tersebut. Maka akhirnya Adolf Meyer-lah yang menyarankan agar ”Mental Hygiene” dipopulerkan sebagai satu gerakan kemanusiaan yang baru. Dan pada tahun 1908 terbentuklah organisasi Connectitude Society for Mental Hygiene. Lalu pada tahun 1909 berdirilah The National Committee for Mental Hygiene, dimana Beers sendiri duduk di dalamnya hingga akhir hayatnya.
D. Pendekatan Kesehatan Mental
Beberapa ahli mengemukakan orientasi umum dan pola-pola wawasan kesehatan mental, yang terbagi menjadi tiga orientasi, yaitu:

Orientasi Klasik
Orientasi klasik ini banyak digunakan dalam dunia kedokteran, termasuk psikiatri. Menurut pandangan orientasi klasik, individu yang sehat adalah individu yang tidak mempunyai keluhan tertentu, seperti ketegangan, rasa lelah, cemas, rendah diri, atau perasaan tak berguna, yang semuanya menimbulkan perasaan “sakit” atau “perasaan tak sehat”, serta mengganggu efisiensi dan efektifitas kegiatan sehari-hari. Individu yang sehat adalah individu yang tidak mempunyai keluhan secara fisik dan mental. Sehat fisik merujuk pada tidak adanya keluhan secara fisik, dan sehat mental merujuk pada tidak adanya keluhan secara mental.

Orientasi Penyesuaian Diri
Pandangan yang digunakan sebagai landasan orientasi penyesuaian diri adalah pendekatan yang menegaskan bahwa manusia pada umumnya adalah makhluk yang sehat secara mental. Dengan pandangan ini penentuan sehat atau sakit mental dilihat sebagai derajat kesehatan mental. Selain itu, berdasarkan orientasi penyesuaian diri, kesehatan mental dipahami sebagai kondisi kepribadian individu secara utuh. Penentuan derajat kesehatan mental bukan hanya berdasarkan jiwanya tetapi juga berkaitan dengan proses pertumbuhan dan perkembangan individu dalam lingkungannya. Kesehatan mental seseorang sangat erat kaitannya dengan tuntutan-tuntutan masyarakat tempat dimana individu hidup, masalah-masalah hidup yang dialami, peran sosial dan pencapaian-pencapaian sosialnya.
Kesehatan mental merupakan kemampuan individu untuk secara aktif menyesuaikan diri sesuai tuntutan kenyataan di sekitarnya, yang merujuk pada tuntutan yang berasal dari masyarakat yang secara konkret mewujud dalam tuntutan orang-orang yang ada di sekitarnya. Penyesuaian diri ini tidak mengakibatkan perubahan kepribadian, stabilitas diri tetap terjaga, dan tetap memiliki otonomi diri. Individu dapat menerima apa yang ia anggap baik dan menolak apa yang ia anggap buruk berdasarkan pegangan normatif yang ia miliki. Individu yang sehat akan melihat realitas terhadap masalah yang dihadapinya dan bagaimana kondisi dirinya berkaitan dengan masalah itu sebelum menentukan tindakan yang akan diambil. Individu yang sehat memiliki kemampuan memahami realitas internal dan eksternal dirinya. Ia tidak bereaksi secara mekanik atau kompulsif-repetitif tetapi merespons secara realistis dan berorientasi pada masalah.

Orientasi Pengembangan Potensi
Menurut pandangan ini, kesehatan mental terjadi bila potensi-potensi kreatifitas, rasa humor, rasa tanggung jawab, kecerdasan, kebebasan bersikap dapat berkembang secara optimal sehingga mendatangkan manfaat bagi dirinya sendiri dan lingkungan disekitarnya. Individu dianggap mencapai taraf kesehatan mental, bila ia mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan sehingga dapat dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri.
Individu yang sehat mental adalah individu yang dapat dan mampu mengembangkan dan memanfaatkan potensi yang ada pada dirinya untuk kegiatan yang positif-konstruktif, sehingga dapat meningkatkan kualitas dirinya. Pemanfaatan dan pengembangan potensi ini dapat dipergunakan dalam kegiatan dan kehidupan sehari-hari.

Jadi, fokus utama kesehatan mental adalah kesejahteraan emosional, kemampuan menjalani hidup secara utuh dengan penuh kreatif, dan fleksibilitas dalam menghadapi tantangan yang tak terelakkan dalam realitas kehidupan, sebagai pribadi maupun anggota masyarakat. Kesehatan mental merujuk pada aplikasi dan pengembangan prinsip-prinsip praktis dalam pencegahan, pencapaian, dan pemeliharaan unsur-unsur psikologis dalam diri individu sebagai upaya untuk mengatasi munculnya masalah-masalah mental atau maladjusment. Kesehatan mental selalu terkait dengan; (1) bagaimana individu merespon --memikirkan, merasakan, dan menjalani-- kehidupan sehari-hari, (2) bagaimana individu memandang realitas dirinya sendiri dan orang lain, (3) bagaimana individu melakukan evaluasi terhadap berbagai alternatif dan pengambilan keputusan terhadap suatu masalah yang menimpa dirinya.



Sumber: