Sunday, May 22, 2016

SELF-DIRECTED CHANGES

Konsep dan Penerapan Self-Directed Changes

Self: Diri atau Pribadi
Directed: Mengarahkan
Change: Berubah

Kalau kita gabungkan menjadi “Mengarahkan Perubahan Diri” jadi kesimpulan Self-directed changes adalah perubahan diri.

Self-directed changes adalah sebuah teori yang mengajarkan tentang bagaimana kita bisa mengubah diri kearah yang lebih baik dari kenyataan hidup yang kurang mendukung. Kalau kita tidak bisa mengantisipasi perubahan, maka kita perlu menjadikan perubahan itu sebagai dorongan untuk mengubah diri.

Beberapa tahapan self-directed changes, diantaranya adalah sebagai berikut:

  • Meningkatkan kontrol diri
Mendasarkan diri pada kesadaran bahwa pada setiap manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan kondisi yang dimiliki setiap manusia.

  • Menetapkan tujuan
Untuk menjaga individu agar tetap tertuju pada proses pembelajaran, dalam arti dapat mengetahui dan mampu secara mandiri menetapkan mengenai apa yang ingin dipelajari dalam mencapai kesehatan mental, serta tahu akan kemana tujuan hidupnya, cakap dalam mengambil keputusan dan mampu berpartisipasi di masyarakat dan akan mampu mengarahkan dirinya.

  • Pencatatan perilaku
Menguatkan perilaku ulang kalau individu merasa bisa mengambil manfaat dari perilaku yang pernah dilakukan sebelumnya, kemungkinan lain yang bisa menjadikan seseorang mengulang perilaku sebelumnya karena merasa senang dengan apa yang pernah dilakukan.

  • Menyaring anteseden perilaku
Bisa membagi perilaku sasaran ke dalam perubahan, serta membantu individu agar lebih siap dalam mempelajari perilaku tersebut. Pemahaman akan anteseden perilaku membantu individu agar dapat dengan tepat memilih nilai-nilai dan merencanakan strategi.

  • Menyusun konsekuensi yang efektif
Pemahaman dalam arti sehat mental dapat menentukan perubahan pada individu dalam melakukan mobilitas untuk melakukan segala sesuatu aktifitas –aktifitas yang dilakukan oleh manusia, dalam menanggapi stimulus lingkungan, yang meliputi aktivitas motoris, emosional,dan kognitif dalam mencapai kematangan mental.

  • Menerapkan perencana intervensi
Membawa perubahan, tentunya pada perubahan yang lebih baik. Dalam arti pemahaman nilai-nilai, karakter / watak, dan cara cara berperilaku secara individual.

  • Evaluasi
Faktor yang penting untuk mencapai kematangan pribadi, sedangkan salah satu faktor penting untuk mengetahui keefektivan adalah evaluasi baik terhadap proses maupun hasil pembelajaran.




Sumber:

Saturday, May 14, 2016

PEKERJAAN DAN WAKTU LUANG

A. Penyesuaian Diri dalam Pekerjaan

Ketika Anda memasuki dunia kerja dan lingkungan kerja baru, ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan. Tentu saja ini terkait erat dengan penyesuaian diri Anda pada lingkungan baru. Akan menjadi masalah jika Anda tidak mampu segera menyesuaikan diri dalam lingkungan kerja yang baru. Ketika proses penyesuaian diri tidak berjalan dengan baik, maka akan sangat mengganggu kinerja Anda di tempat kerja baru Anda.

Dalam proses penyesuaian diri ini, ada beberapa hal yang sangat krusial dan perlu Anda ketahui. Ini lebih kepada bagaimana Anda menjalin sebuah komunikasi yang intens namun tidak berlebihan, sehingga akan membawa Anda ke dalam keadaan yang nyaman dan menikmati proses itu. Perhatikan beberapa poin di bawah ini:

  • Jangan Mengisolasi Diri di Lingkungan Kerja Baru

Sebagai seorang yang masih baru di lingkungan kerja, tidak ada cara yang lebih bagus dalam menjalin komunikasi kecuali dengan rajin bersosialisasi. Jangan menjadi orang yang mengisolasi diri meski Anda masih baru. Misalnya Anda terlalu pendiam, ini sangat tidak bagus.

Dalam bekerja, tentu saja Anda tidak akan bisa menjalankan semuanya sendiri. Karena dalam sebuah lingkungan kerja baru, pasti ada keterhubungan antara pekerjaan satu dengan pekerjaan lainnya. Kerjasama sangatlah penting di sini, bagaimana mau bekerjasama dengan baik jika Anda sendiri kurang bersosialisasi dengan teman kerja Anda. Mungkin ada sedikit rasa kikuk karena masih baru, namun jangan sampai rasa itu mengganggu profesionalitas kerja Anda.

  • Berinteraksilah Sewajarnya

Ini sebenarnya adalah kebalikan poin pertama. Menjadi orang pendiam memang buruk, namun menjadi orang yang terlalu agresif pada rekan kerja bisa memperburuk suasana. Artinya sebagai seorang yang masih baru di lingkungan kerja, Anda tidak perlu juga sok kenal dan sok akrab pada rekan kerja. Apalagi jika Anda berlagak seperti ingin membuat suasana asik, atau mencoba melucu, padahal Anda masih belum genap seminggu di tempat kerja baru.

Jika Anda terlalu aktif seperti itu, maka rekan kerja yang lain akan menganggap Anda seperti orang yang ingin mencari perhatian. Dan, suasana seperti ini sangat tidak baik untuk Anda sebagai seorang karyawan yang masih baru di lingkungan kerja.

  • Lebih Baik Bertanya Jika Tidak Tahu

Kadang, ada beberapa orang yang demi untuk bisa mendekat dengan orang lain mereka menjadi seorang yang sok mengetahui segala hal. Padahal ini sangat buruk, di manapun ligkungannya, sok tahu bukanlah sesuatu yang positif, apalagi dalam lingkungan kerja baru. Lebih baik diam dari pada menjadi orang yang sok tahu, selain berakibat buruk pada penilaian sikap Anda, juga akan buruk pada pekerjaan Anda sendiri.

Sebagai seorang yang baru, tentu Anda belum mengetahui segala hal terkait pekerjaan. Terkait pekerjaan sangatlah penting, jangan asal melakukan pekerjaan yang Anda tidak mengetahuinya. Lebih baik tanyakan atau konsultasikan dulu jika Anda tidak jelas atau kurang memahami pekerjaan Anda.

  • Jangan Lupa Mencatat, Jangan Mengandalkan Ingatan Saja

Ini berhubungan erat dengan job desk pekerjaan Anda sendiri, jika mungkin ada beberapa hal yang belum Anda pahami kemudian Anda tanyakan pada senior, maka catatlah. Jangan hanya mengandalkan ingatan saja, karena jika Anda sedang fokus pada hal lain maka kemungkinan lupa akan sangat tinggi.

Mungkin Anda bisa bertanya pada senior atau atasan lagi jika Anda lupa, namun perlu Anda sadari bahwa bertanya berulang-ulang pada masalah yang sama, hanya akan membuat senior dan atasan jengkel. Hal itu sebenarnya menunjukkan bahwa Anda kurang fokus dan tidak profesional terhadap pekerjaan Anda. Jika hal ini terjadi, maka Anda akan mendapat penilaian buruk baik dari senior maupun dari atasan.

  • Fokus Pada Pekerjaan Saja Dulu, Jangan Pada Hal Lain

Sebagai seorang yang masih baru, hendaknya tidak usah berpikir pada hal lain terlebih dahulu. Fokus saja pada pekerjaan agar Anda bisa memaksimalkan job desk yang diberikan perusahaan pada Anda.


Promosi mungkin sangat Anda butuhkan suatu saat nanti, namun untuk saat ini sebaiknya jangan dipikirkan dulu, lebih baik maksimalkan kerja Anda. Dengan bekerja dengan maksimal, promosi karir Anda tentu akan datang dengan sendirinya kepada Anda.

B. Waktu Luang

Waktu luang mungkin terjadi pada perubahan gaya hidup, perubahan karier, pensiun, memiliki anak, meninggalkan rumah, atau lulus dari sekolah ataupun perguruan tinggi. Anda mungkin mencari cara untuk membuat waktu luang anda lebih baik dari menggunakan waktu luang yang Anda miliki karena sudah terlepas di antara hal-hal yang Anda lakukan dalam kesibukan Anda sebelumnya.

Menggunakan waktu luang secara produktif dapat membantu Anda untuk mengatasi ketidakmampuan untuk dapat bersantai-santai karena "untuk melakukan sesuatu" menggunakan waktu luang dengan cara yang terasa lebih bermanfaat bagi Anda akan memastikan bahwa Anda akan merasa lebih baik, terlibat penuh dalam kehidupan. Pada artikel ini cara terindah akan sharing dengan anda kiat memiliki kesempatan mengeksplorasi berbagai cara untuk mengisi waktu luang Anda dengan kegiatan yang lebih bermanfaat dan dijalankan secara powerfull.

  • Buat rencana untuk mengisi waktu luang

Jangan Anda berpikir dalam hal apa yang Anda pikir harus lakukan, tetapi apa yang Anda tahu akan membuat Anda merasa lebih produktif, terlibat dan puas dalam hidup. Berikut adalah beberapa cara perencanaan mungkin bagi Anda:

  1. Tuliskan daftar hal-hal yang Anda ingin lakukan dalam waktu luang Anda. Anda dapat melakukan cara apapun yang Anda suka, atau memperlakukan semuanya jika itu sama-sama penting, karena itu terserah Anda.
  2. Membuat jurnal tentang kehidupan Anda dan mencakup bagaimana Anda ingin menjadi lebih hidup.
  3. Pastikan untuk menggambarkan aktivitas. Anda sedang mencoba di waktu luang Anda sehingga Anda bisa mengevaluasi mana yang layak dilakukan atau tidak.
  4. Buat papan visualisasi yang menetapkan cara-cara di mana Anda ingin menghabiskan waktu luang di masa depan.

  • Tinggalkan hal-hal yang kurang bermanfaat

Jika Anda ingin merasakan waktu luang Anda benar-benar berguna, maka anda harus memasukan hal-hal berguna tidak luput dari semangat didalamnya. Alasan untuk ini adalah bahwa waktu luang Anda diperlukan untuk menyegarkan Anda dan meningkatkan energi Anda, kreativitas Anda, dan rasa percaya diri Anda. Jika membiarkan kegiatan duniawi biasa di kehidupan sehari-hari menyusup ke waktu luang Anda dengan dalih semoga menjadi "berguna", Anda tidak akan mendapatkan apa-apa dari waktu luang Anda dan Anda akan memiliki batasan yang sangat longgar antara waktu bebas dan sisa waktu Anda, sehingga bisa mendevaluasi waktu luang Anda.

  • Memperluas zona kenyamanan

Salah satu cara yang bagus untuk mendapatkan dan menggunakan waktu luang menjadi berguna adalah menemukan hal-hal baru. menemukan sesuatu yang dirasa bahwa Anda memiliki dimensi kepada diri sendiri yang bahkan anda tidak menyadari sebelumnya. Dengan melangkah diluar zona kenyamanan waktu luang Anda menjadi perjalanan yang berguna, membantu Anda untuk tumbuh dan penemuan diri. Selain itu juga dapat membantu Anda untuk tetap tertarik dengan memicu rasa ingin tahu Anda, dan memperluas kesadaran Anda. Beberapa hal yang mungkin dipertimbangkan untuk melakukan ini meliputi:
  1. Mencoba hal-hal baru
  2. Melakukan yang Anda suka pada masa lampau
  3. Menikmati tantangan yang terlibat dalam memperbarui minat Anda
  4. Tuliskan sesuatu yang merangsang dan berenergi
  5. Carilah kegiatan dan pengalaman yang akan membawa Anda

  • Ubah pendeketan untuk penggunaan media

Matikan TV, radio atau semacamnya dan biarkan keluar dari waktu luang Anda. Pikirkan cara-cara kreatif untuk menggantikan media diwaktu luang Anda. Internet memungkinkan untuk bertanggung jawab atas masukan yang beredar melalui media, menyediakan Anda dengan kesempatan untuk mengubah waktu luang Anda menjadi sarana untuk menjadi kreatif, pesan praktis, atau informatif yang mungkin Anda ingin berbagi dengan dunia. Atau mungkin Anda dapat menulis beberapa puisi atau cerita pendek dan menambahkannya keblog dengan orang yang sedang berseluncur didunia maya. Ini berguna untuk waktu luang, Anda akan menggali kreativitas Anda dan memberi orang lain sesuatu yang mereka dapat menghargai atau belajar dan menikmati dari sebagian hasilnya.

  • Sukarela bersosialisasi

Jika Anda memiliki cukup waktu luang untuk memberikan waktu kepada orang lain yang membutuhkan, kenapa tidak? ini bisa menjadi cara yang sangat memenuhi untuk memberikan kembali kepada publik atau masyarakat dan bahkan lebih baik, Anda bisa memilih menjadi relawan apa sesuai dengan apa yang Anda harapkan dan percaya, dan apa yang Anda anggap paling penting. Reputasi melalui relawan menjadi pengalaman yang sangat memuaskan yang membantu banyak orang lain. Beberapa ide untuk bersosialisasi mencakup pekerjaan badan amal, misalnya saja bergotong royong, pekerjaan hewan (penyelamatan hewan atau pelatihan) dan sebagainya. kegiatan ini dapat memberikan diri Anda beberapa variasi baik dalam pengalaman dan orang yang Anda temui.

  • Pertimbangkan reorientasi gaya hidup

Jika menemukan waktu luang Anda telah terhambat karena harus berurusan dengan rumah besar (pekerjaan rumah tangga). Mungkin anda perlu bergerak lebih dekat ketempat dimana ada banyak kegiatan yang Anda lebih suka melakukannya dan yang tidak ditawarkan pada umumnya. Hindari melihat perampingan karena merampas diri Anda dari suatu standar tertentu. Setelah Anda membebaskan diri dari kebutuhan tertentu Anda akan segera belajar bahwa waktu Anda akan terasa lebih bernilai.





Sumber:

Friday, May 6, 2016

PEKERJAAN DAN WAKTU LUANG

F. Mengubah Sikap terhadap Pekerjaan

Sikap (attitude) merupakan salah satu bahasan yang menarik dalam kajian psikologi, karena sikap sering di gunakan untuk meramalkan tingkah laku, baik tingkah laku perorangan; kelompok; bahkan tingkah laku suatu bangsa. Salah satu hal yang menarik dari perilaku manusia yang membuatnya menjadi kompleks adalah sifat deferensial. Seseorang dapat berespon tertentu dalam menghadapi stimulus atau objek pada suatu saat, tetapi dapat pula berespon yang lain pada saat yang berbeda.

Sejumlah ahli telah mencoba memberikan definisi sikap, dan sangat beragam definisi yang mereka kemukakan. Tetapi sekurang-kurangnya ada dua definisi yang masih cukup dominan sampai saat ini, yaitu definisi yang di kemukakan oleh Gordon W. ALLPORT (1935) dan definisi dari David Krech beserta Richard S. Crutchfield (1948). ALLPORT melihat sikap sebagai:

“… a mental and nueral state of readinnes, organized through experience, exerting a directive or dynamic influence upon the individual’s respone to all objects and situations with which it is related”,

Dari batasan yang ia kemukakan terlihat bahwa Allport menekankan akan pentingnya pengalaman masa lalu dalam membentuk sikap. Sedangkan definisi dari Krech dan Cruitchfield lebih menekankan pada pengalaman subyektif seseorang pada masa sekarang. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada definisi mereka yang melihat sikap sebagai:

“.. an enduring organization of montivational, emotional, perceptual and cognitive processes with respect to some aspects of individual’s world”.

Mendefinisikan nilai pekerjaan

Pandangan konservatif menyatakan bahwa kerja jasmaniah itu adalah bentuk hukaman yang di timpakan pada manusia sebagai akibat dari dosa-dosanya; sehingga orang yang berakal sehat harus bekerja giat untuk mempertahankan eksistensi diri sendiri dan keluarganya. Sehubungan dengan kondisi pekerjaan, di pikirkan untuk mengadakan perbaikab-perbaikan terhadap kondisi-kondisi kerja yang mendorong orang untuk menyukai pekerjaan.

Pandangan yang menyatakan bahwa kebanyakan orang tidak menyukai pekerjaan, sudah banyak mengalami modfikasi pada zaman modern sekarang. Di akui bahwa banyak orang, misalnya buruh profesional, para ahli, seniman-seniman dan juru-juru yang mempunyai keahlian tinggi – bersungguh-sungguh mencitai pekerjaannya. Sedang insentif dan satu-satunya motivasi kerjanya mungkin berupa “kesejahteraan umum” atau rasa puas-bangga, atau aktivitas keja itu sendiri.

Yang di cari dalam pekerjaan
  • Menafkahi keluarga
  • Mencari pengalaman
  • Mengasah keahlian dan ketrampilan
  • Mencari status untuk mengikat seseorang pada individu lain serta masyarakat
  • Mencari kesenangan dan arti tersendiri bagi kehidupan seorang individu


Fungsi psikologis dari pekerjaan

Kerja mulai dipahami sebagai tempat sosial dimana manusia menggunakan bakat-bakat yang dimiliki untuk melayani sesama, tidak lagi semata-mata dalam rangka memenuhi kebutuhan finansial keluarga. Manusia mulai sadar memiliki kebutuhan yang tidak bisa dipenuhi secara mandiri sehingga dirasakan perlunya komunitas yang didalamnya orang-orang saling bergantung. Setiap orang harus mempergunakan bakat yang dimilkinya untuk melayani orang lain, demikian pula sebaliknya. Sehingga, secara bersama-sama setiap orang membangun masyarakat sebagai suatu sistem yang saling mendukung.


Dengan kosep kerja seperti ini, kita kemudian berpikir tentang dua hal mendasar bagaimana memilih suatu pekerjaan. Pertama, pekerjaan dipilih berdasarkan minat dan bakat yang kita miliki. Meskipun terdengar sederhana, namun faktanya menemukan minat dan bakat adalah suatu proses yang sulit karena kita lahir tanpa membawa rincian tentang ketertarikan dan kemampuan bawaan.


G. Proses dalam Memilih Pekerjaan

Proses perkembangan dalam pemilihan pekerjaan bagi individu dijelaskan oleh Donald Super. Perkembangan pemilihan karier pekerjaan dibagi menjadi lima tahap, yaitu :


Cristalization
Individu berusaha mencari berbagai bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan formal dan nonformal untuk persiapan masa depan hidupnya.

Spesification
Individu akan meneruskan pendidikannya pada jenjang khusus yang sesuai dengan minat-bakatnya. Masa spesifikasi ini lebih mengarah pada jalur pendidikan yang menjurus pada taraf professional atau keahlian.

Implementation
Individu mulai menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh pada masa sebelumnya, secara nyata dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan bidang keahlian atau profesi nya. Misalnya setelah ia lulus dalam pendidikan psikologi nya ia berprofesi sebagai seorang psikolog.

Stabilization
Individu menekuni bidang profesinya sampai benar-benar ahli di bidangnya sehingga individu dapat mencapai prestasi puncak. Taraf ini ditandai dengan prestasi individu menduduki posisi penting, misalnya direktur perusahaan,dsb.

Consolidation
Setelah mencapai puncak karier, individu mulai memikirkan kembali sesuatu yang telah dilakukan selama ini baik yang berhasil maupun yang gagal.


H. Memilih Pekerjaan yang Cocok

Pekerjaan yang sesuai dengan minat & tipe kepribadian adalah idaman setiap orang. Apabila kita bekerja di bidang yang sesuai dengan minat dan tipe kepribadian,umumnya akan lebih sukses dalam menjalani karir, karena pekerjaan terasa lebih menyenangkan.

Tidaklah mudah bagi kita untuk menemukan pekerjaan idaman yang sesuai dengan minat dan kepribadian kita. Apabila kita bekerja di bidang yang sesuai dengan minat dan tipe kepribadian, pada umumnya lebih sukses dalam menjalani karir. Kesesuaian itulah yang membuat orang lebih mencintai dan bahagia dalam menjalankan pekerjaannya, dampaknya pun kita bisa bekerja lebih giat dan rasa tanggung jawab pun semakin tinggi.


Memilih Pekerjaan Sesuai dengan Minat
  • Minat pada Ide

Apakah Anda termasuk orang yang selalu ingin tahu, kreatif dan sering mengekploitasi ide-ide yang baru? Jika iya, maka bidang pekerjaan yang cocok untuk Anda adalah bidang penulisan, pengetahuan alam, pengobatan, atau bidang artistik.

  • Minat pada Orang

Apa minat Anda lebih ke arah sosial? Jika Anda termasuk orang yang senang bertemu dengan orang baru, mudah bergaul dan beradaptasi, senang bepergian ke tempat baru, serta berjiwa sosial tinggi, dapat dipastikan bahwa Anda tidak cocok menjadi pekerja kantoran yang berjam-jam berkutat dengan komputer. Pilihan Anda lebih cocok kepada pekerjaan yang mengizinkan Anda untuk dapat bertemu dengan banyak orang seperti Marketing, Konsultan, Sales, atau Public Relation.

  • Minat pada Benda

Anda termasuk orang yang teratur, rapi, dan senang mengerjakan sesuatu dengan terencana, tetapi tidak begitu senang bertemu dengan orang? Jika iya, pekerjaan di belakang meja akan cocok untuk Anda. Anda cocok bekerja di bidang pekerjaan yang memerlukan ketelitian tinggi seperti administasi, akutansi, atau keuangan.


Memilih Pekerjaan Sesuai dengan Kepribadian

Menurut teori kepribadian yang dikemukakan oleh John Holland. Tipe kepribadian manusia dibagi menjadi 6 tipe, yaitu :

  • Tipe Realistis

Orang yang bertipe realistis cenderung memiliki keahlian bekerja dengan mesin atau peralatan mekanik. Pekerjaan yang berkutat dengan aktivitas social tidak cocok bagi tipe realistis. Orang dengan tipe realistis biasanya praktis, mekanis, dan realistis. Jika Anda termasuk dalam tipe ini, bekerja sebagai insinyur teknik atau pilot bisa menjadi pilihan.

  • Tipe Investigatif

Apabila Anda termasuk orang yang pandai dalam memecahkan masalah, tetapi umumnya menghindari pekerjaan yang sifatnya memimpin/mempengaruhi orang, maka Anda tergolong tipe investigatif. Orang dengan tipe realistis biasanya presisi dan intelektual. Bekerja sebagai ahli kimia, dokter gigi, psikiater atau psikolog dan ahli matematika bisa menjadi pilihan bagi orang bertipe investigatif. 
  • Tipe Artistik

Tipe artistik merupakan orang-orang yang suka melakukan aktivitas seni, drama, keterampilan tangan, menulis sastra, tetapi menghindari aktivitas yang rutin dan berulang. Orang dengan tipe artistic biasanya ekspresif, orisinal, dan independen. Jika Anda termasuk tipe ini, bekerja sebagai desainer pakaian, penari, komposer, editor buku, dan desain grafis bisa menjadi pilihan.

  • Tipe Sosial

Orang dengan tipe social cenderung suka menolong orang, serta menyukai kegiatan sosial yang mengharuskannya untuk berinteraksi dengan banyak orang. Tipe ini merupakan kebalikan dari tipe realistis. Biasanya orang dengan tipe sosial cocok bekerja sebagai guru, penari, konsultan, perawat, atau pekerja sosial.

  • Tipe Usahawan

Beda halnya dengan orang tipe investigatif, tipe usahawan justru senang memimpin dan mempengarruhi orang lain. Tipe usahawan menghindari pekerjaan –pekerjaan yang membutuhkan observasi dan ketelitian mendalam. Orang dengan tipe usahawan biasanya enerjik, ambisius dan bisa bersosialisasi. Cocok bekerja sebagai sales, pengacara, atau hakim.

  • Tipe Konvensional

Apakah Anda menyukai pekerjaan yang berhubungan dengan angka, berkas-berkas dan segala pekerjaan yang serba teratur? Jika ya, maka Anda termasuk orang dengan tipe konvensional. Bila Anda termasuk tipe ini, Anda dapat memilih pekerjaan sebagai akuntan, administrasi, staf keuangan dan sekretaris sebagai pilihan karir Anda.




Sumber:

Sunday, May 1, 2016

CINTA DAN PERKAWINAN

A. Memilih Pasangan

1. Ketahui kekurangan pasangan kamu agar kamu dapat memutuskan apakah kamu dapat menerima kekurangan tersebut atau tidak.

Umumnya, ketika sedang dalam masa awal pacaran, biasanya perasaan kita sedang berbunga-bunga sehingga kita seringkali lupa akan segalanya, terutama untuk yang baru pertama kali merasakan indahnya cinta. Semua terasa indah, bahkan “kotoran kucing pun rasanya seperti coklat”. Awalnya kita bisa menerima kekurangan-kekurangan pasangan kita. Tapi, lama kelamaan, seiring dengan berjalannya waktu dan semakin dalamnya hubungan, kekurangannya akan menjadi semakin banyak. Perlahan tapi pasti, perasaan semakin pudar, tatkala kekurangannya lebih mendominasi kelebihannya. Untuk kamu yang mencari kesempurnaan dan memasang kriteria tinggi, kamu dapat mempertimbangkannya apakah dia memang cocok untuk kamu atau tidak dan apakah kamu siap dengan segala kekurangannya?

2. Beritahu kekurangan kamu kepada pasangan. Mudah berteori, tapi pasti butuh tahap dan waktu, juga strategi.

Kalau di awal sudah membongkar semua kejelekan, bisa jadi pasangan impian kamu langsung ‘jijik’ dan pergi meninggalkan kamu. Namun demikian, bukan berarti kita harus menutupi kekurangan kita, karena jika memang dia mencintai kamu, dia akan menerima kamu apa adanya. Jika tidak, lepaskan. Jika memang jodoh, pasti akan kembali.

3. Bisakah kamu “membuka diri” untuk pasangan kamu?

Seseorang mungkin dapat mengatakan seribu kata cinta dan bersikap romantis kepada kamu, namun apa kamu dan pasangan kamu sudah siap untuk membuka diri dan membiarkan pasangan kamu mengetahui tentang ketakutan, pikiran, keinginan dan kekurangan masing-masing? Jika kalian merasa tidak nyaman untuk melakukan hal tersebut, coba pertimbangkan lagi, apa benar kamu dan dia sudah siap untuk menikah? Coba tanya pada diri masing-masing, apa kamu atau dia yang belum siap untuk membuka diri atau malah kalian berdua sama-sama belum siap?

4. Intropeksi diri atau mencari kesalahan?

Coba telaah antara kamu dan pasangan kamu, apakah kalian bisa sama-sama intropeksi diri atau saling menyalahkan? Atau hanya satu pihak saja yang selalu intropeksi sementara yang lain menyalahkan? Jika kalian dapat saling mengalah dan intropeksi diri setelah tahu kekurangan pasangan masing-masing, maka kalian sudah selangkah lebih dekat ke jenjang pernikahan.

5. Mengenal perbedaan pria dan wanita.

Pria dan wanita pada kodratnya berbeda. Pria lebih cenderung menggunakan logika dan wanita lebih menggunakan emosi. Meski di zaman yang edan ini, banyak sekali pria yang kewanita-wanitaan dan wanita yang kepria-priaan, namun percaya lah kodrat tersebut tidak dapat diubah. Wanita tidak mudah untuk memberi cintanya, namun begitu dia mencintai seorang pria secara mendalam, maka logikanya seakan mati dan dia akan memikirkan kamu walau pun kamu punya banyak kekurangan. Sedang pria, mudah untuk jatuh cinta, namun rasa cinta tersebut juga cepat hilang, terutama jika logikanya sudah tidak dapat menerima kekurangan pasangannya.

6. Mengenal bedanya penasaran, sayang, suka, cinta dan obsesi.

Ini adalah hal yang seringkali sulit dibedakan oleh seseorang yang sedang berada dalam panah asmara. Tidak jarang banyak hubungan yang berakhir tragis karena mereka sendiri tidak paham akan sejatinya perasaan mereka sendiri. Kita bisa jadi penasaran pada seseorang, namun belum tentu menyayangi dan menyukainya, apalagi mencintainya. Banyak faktor yang bisa membuat kita penasaran, bisa karena kagum, tidak dihiraukan, atau karena dia memenuhi kriteria “pasangan ideal” secara fisik, sikap dan materi. Kemudian, satu tingkat di atas penasaran adalah sayang. Sayang juga ada banyak jenisnya. Sayang secara universal, sayang kepada lawan jenis dan sayang kepada orangtua atau anak kita. Di atas rasa sayang, ada suka. Suka pasti bersayarat, karena kita pasti punya alasan untuk menyukai seseorang, bisa karena fisik, kelebihan, atau harta yang dimiliki orang tersebut. Di atasnya lagi, ada cinta. Cinta adalah sebuah perasaan di mana kita yakin untuk terus bersama orang yang kita cintai dan kita siap untuk menerima segala kekurangan dan kelebihannya. Jika kita cinta pada seseorang, kita pasti sayang dan suka pada orang tersebut. Semua perasaan tersebut bisa menjadi sebuah obsesi manakala kita terlalu takut dan cemas dalam sebuah hubungan, terlalu mengidolakan atau mengejar orang tersebut. Jadi, kamu dan pasangan kamu termasuk yang mana?

7. Belajar dari pengalaman pribadi dan orangtua atau orang yang sudah berpengalaman

Ada yang bilang, pengalaman adalah guru yang terbaik, pengalaman lah yang akan mengajarkan kita banyak hal dan mendewasakan kita. Semakin banyak kita putus cinta, semakin sedikit cinta yang akan kita beri selanjutnya, karena kita seringkali menjadi takut dan apatis dalam menjalin sebuah hubungan. Seringkali orangtua menasehati kita, namun saat panah asmara sudah menguasai emosi kita, logika ikut terbutakan dan tidak jarang kita merasa yakin bahwa kita tidak akan mengulang kesalahan-kesalahan seperti yang sudah diwejangkan oleh orangtua atau orang yang lebih berpengalaman. Ketakutan akan kekecewaan dan rasa apatis terhadap cinta, sebenarnya adalah pandangan yang menyesatkan. Namun sayangnya, doktrin dari teman-teman yang sering putus cinta, orangtua, atau lingkungan sekitar selalu mengarah ke sana. Jadi, banyak-banyaklah mendengar dan belajarlah dari pengalaman, bukan untuk menjadi takut dan apatis, namun untuk memperbaiki pandangan dan cara kita dalam memilih pasangan yang tepat.

8. Beri ruang bagi pasangan dan diri sendiri.

Seringkali, terutama bagi mereka yang obsesif, membatasi ruang gerak pasangan dan diri sendiri. Beri ruang untuk pasangan dan diri sendiri membantu kita untuk mengerjakan hal-hal yang lebih baik dan bermanfaat. Selain itu, kita harus meluangkan waktu untuk banyak hal, pendidikan untuk yang masih sekolah, kerja untuk yang berkarir, teman-teman dan yang terpenting, orangtua yang telah membesarkan kita. Meski rasa curiga, cemburu, atau rasa cemas adalah hal yang wajar dan kita perlu mengingatkan pasangan kita, saat mereka melakukan hal dibatas kewajaran, namun jika rasa cemas, cemburu dan khawatir membuat kita menjadi tidak dapat mengerjakan hal bermanfaat lainnya, maka hubungan tersebut hanya tinggal menunggu waktu. Ruang gerak diperlukan untuk mengetahui dan memperjelas mengenai perasaan kita dan pasangan kita. Jika ternyata memang pasangan kita beralih dan memilih yang lain, berarti dia tidak benar-benar mencintai kita. Atau bisa jadi di masa-masa penjajakan tersebut, malah kita yang berpaling dan menemukan orang yang lebih baik.

9. Rumput tetangga selalu lebih hijau.

Bagi kalian, terutama yang selalu membanding-bandingkan pasangan kalian dengan mantan atau lawan jenis lainnya. Sadar lah, buka mata kalian, kalian bukan manusia sempurna, kalian juga adalah manusia biasa yang memiliki banyak kesalahan dan dosa. Kebiasaan membanding-bandingkan adalah penyakit kejiwaan yang membuat kita selalu merasa tidak puas dan melihat “rumput tetangga” yang menurut kita lebih hijau, walau tidak jarang pada akhirnya kita menyesal dan kehilangan orang yang sebenarnya lebih baik dan tepat. Memilih boleh saja, selama ada pilihan, namun ingat, siap-siap untuk dicubit, jika kalian ingin mencubit. Karma itu ada. Jadi, jangan menyakiti pasangan kalian jika tidak ingin disakiti. Rumput tetangga boleh lebih hijau, tapi belum tentu lebih baik.

10. Bisakah kalian saling berpartisipasi dalam kehidupan pasangan kalian?

Banyak pasangan suami istri menikah dan kemudian pernikahan mereka terasa hambar, karena tidak jarang mereka berjalan masing-masing. Misalnya saja jika suami istri tersebut beda kegemaran dan selera dan tidak menyukai kegemaran dan selera pasangannya. Mereka tidak dapat saling mengisi dan berpartisipasi dalam kehidupan pasangannya. Kebanyakan pasangan suami istri, melakukan peran mereka secara umum saja, namun kurang memperhatikan pasangannya, ini lah yang kemudian dapat menjadi pemicu rasa tidak nyaman dan memudarkan perasaan cinta, bahkan komitmen pernikahan. Sebuah contoh sederhana dari sebuah cerita yang pernah saya baca. Sepasang suami istri, melakukan tugasnya dengan baik. Sang istri adalah seorang ibu rumah tangga yang baik dan mengerjakan semua pekerjaan rumah sampai larut malam, sedang suami adalah seorang yang workaholic dan selalu pulang larut malam. Mereka hanya melakukan tugas dan kewajiban mereka, namun mereka tidak menyediakan waktu dan masuk ke dalam kehidupan pasangannya. Pekerjaan dan kewajiban peran suami juga istri dalam rumah tangga memang penting, namun yang terpenting adalah bagaimana dapat saling mengisi dan menikmati saat-saat bersama pasangan kita. Walau terlihat sepele, namun bisa jadi sangat bermakna. Mungkin bagi kebanyakan wanita, menonton pria bermain game adalah sesuatu yang membosankan, sama membosankannya dengan seorang pria menemani wanita berbelanja, tidak dapat dipungkiri. Lantas bagaimana mengatasinya? Ajak mereka untuk terlibat langsung dalam aktivitas dan hobi kita. Misalnya saja, saat sedang berbelanja, libatkan pasangan kita dalam memilih, asal jangan malah berkelahi karena perbedaan pendapat. Lantas bagaimana jika ternyata kalian memiliki selera yang berbeda dan sering berkelahi karena perbedaan tersebut? Mungkin kalian bisa membicarakan topik lain yang tidak bersangkutan dengan hobi kalian atau belajar lebih menghargai pendapat pasangan kalian dan mengalah.

11. Belajar merelakan dan menerima.

Jika suatu saat, ketika kamu ditinggalkan oleh orang yang benar-benar kamu cintai, maka relakan lah dan jalani hidup seperti sebelum kamu bersamanya. Lagi-lagi sebuah teori yang mudah diucapkan namun sulit dilaksanakan. Mudah untuk jatuh cinta, tidak butuh waktu yang lama, namun untuk melupakannya, mungkin butuh waktu sampai kita menutup mata. Percaya lah, merelakan seseorang akan lebih baik daripada memaksanya untuk terus bersama kita, karena kita juga tidak akan bahagia, untuk apa kamu mendapatkan sebuah raga kosong tanpa jiwa? Bisa dipastikan, hubungan yang dipaksakan, tidak akan berakhir bahagia. Dalam hidup, akan ada yang datang dan pergi, dalam segala hal. Yang perlu kita lakukan adalah beradaptasi dan membuka hati dan pikiran, jangan terus fokus kepada masalalu. Show must go on. Untuk sukses, kita harus berjuang mati-matian, jatuh bangun untuk mencapainya. Sama halnya dengan mencari pasangan hidup yang tepat. Pada akhirnya kita mungkin akan melewati beberapa orang yang tidak cocok dan memang bukan jodoh kita, agar kita belajar dari kesalahan dan pengalaman untuk memilah dan mendapatkan pasangan hidup yang tepat.

12. Jangan terburu-buru untuk menikah

Jika kalian merasa semua kriteria di atas telah terpenuhi, maka sudah saatnya membicarakan hal yang lebih serius yaitu menikah. Menikah butuh kesiapan fisik dan mental, juga materi. Semua tidak dapat terpisahkan, ada banyak pasangan yang bercerai karena masalah finansial sampai masalah mengurus anak. Ada baiknya, sebelum melaksanakan pernikahan, kamu dan pasangan kamu sudah berkomitmen dan mempersiapkan langkah kalian setelah menikah dan menyiapkan segala kebutuhannya. Misalnya saja perencanaan ingin punya anak berapa, bagaimana tabungan atau investasi yang ingin diambil untuk biaya pendidikan anak nantinya dan sebagainya. Pernikahan harus lah berdasarkan logika dan komitmen, jangan semata-mata hanya berdasarkan emosi atau “suka sama suka”, karena rasa suka bisa hilang, rasa cinta bisa pudar, namun jika logika, komitmen dan perasaan telah menjadi dasar sebuah pernikahan, maka hubungan tersebut bisa bertahan lama. Memilih pasangan yang tepat bukan perkara mudah. Hidup tanpa kekasih memang menyedihkan, tapi akan lebih menyedihkan jika menghabiskan sisa hidup bersama orang yang tidak tepat. Memilih lah selagi bisa memilih, sebelum terlambat dan menyesal. Ingat, hidup adalah pilihan, masa depan adalah konsekuensi dari perbuatan kamu di masa sekarang dan masa lalu. Hanya kamu lah satu-satunya orang yang bisa menentukan kebahagiaan dan jalan hidupmu.


B. Hubungan dalam Perkawinan

Simak dulu pendapat Dawn J. Lipthrott, LCSW, seorang psikoterapis dan jugamarriage and relationship educator and coach, dia mengatakan bahwa ada lima tahap perkembangan dalam kehidupan perkawinan. Hubungan dalam pernikahan bisa berkembang dalam tahapan yang bisa diduga sebelumnya. Namun perubahan dari satu tahap ke tahap berikut memang tidak terjadi secara mencolok dan tak memiliki patokan batas waktu yang pasti.  Bisa jadi antara pasangan suami-istri, yang satu dengan yang lain, memiliki waktu berbeda saat menghadapi dan melalui tahapannya. Namun anda dan pasangan dapat saling merasakannya.

  • Tahap pertama : Romantic Love. Saat ini adalah saat Anda dan pasangan merasakan gelora cinta yang menggebu-gebu. Ini terjadi di saat bulan madu pernikahan. Anda dan pasangan pada tahap ini selalu melakukan kegiatan bersama-sama dalam situasi romantis dan penuh cinta.


  • Tahap kedua : Dissapointment or Distress. Masih menurut Dawn, di tahap ini pasangan suami istri kerap saling menyalahkan, memiliki rasa marah dan kecewa pada pasangan, berusaha menang atau lebih benar dari pasangannya. Terkadang salah satu dari pasangan yang mengalami hal ini berusaha untuk mengalihkan perasaan stres yang memuncak dengan menjalin hubungan dengan orang lain, mencurahkan perhatian ke pekerjaan, anak atau hal lain sepanjang sesuai dengan minat dan kebutuhan masing-masing. Menurut Dawn tahapan ini bisa membawa pasangan suami-istri ke situasi yang tak tertahankan lagi terhadap hubungan dengan pasangannya.  Banyak pasangan di tahap ini memilih berpisah dengan pasangannya


  • Tahap ketiga : Knowledge and Awareness. Dawn mengungkapkan bahwa pasangan suami istri yang sampai pada tahap ini akan lebih memahami bagaimana posisi dan diri pasangannya. Pasangan ini juga sibuk  menggali informasi tentang bagaimana kebahagiaan pernikahan itu terjadi. Menurut Dawn juga, pasangan yang sampai di tahap ini biasanya senang untuk meminta kiat-kiat kebahagiaan rumah tangga kepada pasangan lain yang lebih tua atau mengikuti seminar-seminar dan konsultasi perkawinan.


  • Tahap keempat: Transformation. Suami istri di tahap ini akan mencoba tingkah laku  yang berkenan di hati pasangannya. Anda akan membuktikan untuk menjadi pasangan yang tepat bagi pasangan Anda. Dalam tahap ini sudah berkembang sebuah pemahaman yang menyeluruh antara Anda dan pasangan dalam mensikapi perbedaan yang terjadi. Saat itu, Anda dan pasangan akan saling menunjukkan penghargaan, empati dan ketulusan untuk mengembangkan kehidupan perkawinan yang nyaman dan tentram.


  • Tahap kelima:  Real Love. “Anda berdua akan kembali dipenuhi dengan keceriaan, kemesraan, keintiman, kebahagiaan, dan kebersamaan dengan pasangan,” ujar Dawn.  Psikoterapis ini menjelaskan pula bahwa waktu yang dimiliki oleh pasangan suami istri seolah digunakan untuk saling memberikan perhatian satu sama lain. Suami dan istri semakin menghayati cinta kasih pasangannya sebagai realitas yang menetap. “Real love sangatlah mungkin untuk Anda dan pasangan jika Anda berdua memiliki keinginan untuk mewujudkannya. Real love tidak bisa terjadi dengan sendirinya tanpa adanya usaha Anda berdua,” ingat Dawn.


Lebih lanjut Dawn menyarankan pula, “Jangan hancurkan hubungan pernikahan Anda dan pasangan hanya karena merasa tak sesuai atau sulit memahami pasangan. Anda hanya perlu sabar menjalani dan mengulang tahap perkembangan dalam pernikahan ini. Jadikanlah kelanggengan pernikahan Anda berdua sebagai suatu hadiah berharga bagi diri sendiri, pasangan, dan juga anak.


C. Penyesuaian dan Pertumbuhan dalam Perkawinan

Hirning dan Hirning (1956) mengatakan bahwa penyesuaian perkawinan itu lebihkompleks dibandingkan yang terlihat. Dua orang memasuki perkawinan harus menyesuaikan satu sama lain dengan tingkatan yang berbeda-beda. Untuk tingkat organismik mereka harus menyesuaikan diri dengan sensori, motor, emosional dan kapasitas intelektual dan kebutuhan. Untuk tingkat kepribadian, masing-masing mereka harus menyesuaikan diri dengan kebiasaan, keterampilan, sikap, ketertarikan, nilai-nilai, sifat, konsep ego, dan kepercayaan. Pasangan juga harus menyesuaikan dengan lingkungan mereka, termasuk rumah tangga yang baru, anak-anak, sanak keluarga, teman, dan pekerjaan.
Banyak faktor sosial dan demografis yang ditemukan memiliki hubungan dengan penyesuaian perkawinan (Dyer, 1983). Berikut ini beberapa hal yang mempengaruhi penyesuaian perkawinan :

  • Usia

Udry dan Schoen (dalam Dyer, 1983)mengatakan bahwa penyesuaian pekawinan rendah apabila pasangan menikah pada usia yang sangat muda, yaitu laki-laki di bawah 20 tahun dan wanita di bawah 18 tahun. Mereka dihadapkan pada tuntutan dan beban seputar perkawinan, dimana bisa menyebabkan rasa kecewa, berkecil hati, dan tidak bahagia. Penelitian juga mengatakan bahwa dalam ketidakmatangan, cenderung untuk melihat perkawinan dari segi romantismenya dan kurang persiapan untuk menerima tanggung jawab dari perkawinan tersebut.
Tapi dalam hal perbedaan usia, penelitian ditemukan tidak terlalu meyakinkan. Ada penelitian menemukan bahwa akan lebih menguntungkan bagi pasangan yang memiliki usia yang sama (Locke; Blode & Wolfe, dalam Dyer, 1983), namun pada penelitian lain juga ditemukan bahwa usia yang berbeda tidak memiliki pengaruh yang signifikan dalam penyesuaian pekawinan (Udry, Nelson & Nelson, dalam Dyer, 1983).

  • Agama

Hubungan antara agama dan penyesuaianperkawinan sudah diselidiki sepanjang tahun. Walaupun begitu, selalu ditemukan hasil yang berbeda-beda dan selalu tidak konsisten. Terman (dalam Dyer, 1983) menyimpulkan bahwa latar belakang agama dari pasangan bukan faktor yang berarti dalam kebahagiaan perkawinan. Pada penelitian pernikahan beda agama (Christensen & Barber; Glenn, dalam Dyer, 1983) ditemukan bahwa pernikahan beda agama antara Katolik, Yahudi, dan Protestan sedikit kurang bahagia dibandingkan pernikahan dengan agama yang sama di ketiga agama tersebut.

  • Ras

Sejauh ini tidak ada penelitian khusus penyesuaian perkawinan dimana perkawinan antar ras sebagai variabelnya. Walaupun ada opini terkenal yang mengatakan bahwa perkawinan antar ras penuh resiko, sebenarnya secara statistik sangat sedikit yang mendukung pandangan ini (Udry, dalam Dyer, 1983). Penelitian yang dilakukan Monahan (dalam Dyer, Universitas Sumatera Utara331983) pada perkawinan antar ras di Iowa, ditemukan bahwa perkawinan antar kulit hitam dan putih lebih stabil daripada perkawinan kulit hitam dan hitam; dia juga menemukan bahwa perkawinan dengan suami kulit hitam dan istri kulit putih memiliki rata-rata perceraian yang rendah dibandingkan dengan rata-rata perceraian pada perkawinan kulit putih dan putih.
Dimana perbedaan sosial dan kultur masih tetap ada dan larangan pada perkawinan antar ras masih kuat, mereka berusaha untuk tahan menghadapi larangan dan berusaha kuat untuk menghadapi sangsi yang ada dari kelompok ras mereka masing-masing

  • Pendidikan

Data dari survei nasional mengatakan bahwa pendidikan tidak selamanya menjadi faktor yang penting dalam penyesuaian perkawinan. Glenn dan Weaver (dalam Dyer, 1983) menemukan tidak ada hubungan yang signifikan antara lamanya mengecap pendidikan dengan kebahagiaan perkawinan.
Penelitian terhadap perbedaan pendidikan pada pasangan dengan penyesuaian perkawinan belum sepenuhnya jelas, karena ada pendapat yang mengatakan bahwa pasangan dengan tingkat pendidikan yang sama akan lebih puas dengan perkawinannya dan hasil penelitian yang lain juga mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara perbedaan tingkat pendidikan suami istri dengan penyesuaianperkawinan (Terman; Burgess & Wallin, dalam Dyer, 1983).

  • Keluarga Pasangan

Salah satu hal yang harus dihadapioleh pasangan yang baru menikah adalah bagaimana mengatasi hubungan selanjutnya dengan orang tua dan sanak saudara setelah menikah. Beberapa penelitian dalam hal saudara istri atau suami mengindikasikan bahwa masalah ini lebih mempengaruhi wanita daripada pria (Duvall; Komorovsky, dalam Dyer, 1983). Ibu mertua dan kakak ipar lebih cenderung sebagai masalah dalam ketidakcocokan dari pada bapak mertua dan abang ipar. Inti dalam perselisihan biasanya menyangkut aktifitas dan peran wanita dalam rumah tangga.


D.Perceraian dan Pernikahan Kembali

Menikah Kembali setelah perceraian mungkin menjadi keputusan yang membingungkan untuk diambil. Karena orang akan mencoba untuk menghindari semua kesalahan yang terjadi dalam perkawinan sebelumnya dan mereka tidak yakin mereka bisa memperbaiki masalah yang dialami. Mereka biasanya kurang percaya dalam diri mereka untuk memimpin pernikahan yang berhasil karena kegagalan lama menghantui mereka dan membuat mereka ragu-ragu untuk mengambil keputusan.Sebagai manusia, kita memang mempunyai daya tarik atau daya ketertarikan yang tinggi terhadap hal-hal yang baru. Jadi, semua hal yang telah kita miliki dan nikmati untuk suatu periode tertentu akan kehilangan daya tariknya.

Penelitian menunjukan bahwa penduduk lansia Amerika hampir akan berlipat ganda pada tahun 2050, menurut laporan Pew Research. Seperti baby boomer memasuki masa pensiun, perhatian ada siapa yang akan merawat mereka dengan bertambahnya usia mereka. Secara tradisional, anak-anak telah menerima tanggung jawab pengasuhan, tapi peran-peran pengasuhan menjadi kabur karena keluarga lebih banyak terpengaruh oleh perceraian dan pernikahan kembali dibandingkan dekade sebelumnya. Lawrence Ganong, seorang profesor dan co-kursi di Departemen MU Pembangunan Manusia dan Studi Keluarga di Fakultas Ilmu Lingkungan Manusia (HES), mempelajari bagaimana perceraian dan pernikahan kembali mempengaruhi keyakinan tentang siapa yang harus merawat kerabat penuaan. Dia menemukan bahwa kualitas hubungan, riwayat saling membantu, dan keputusan sumber daya mempengaruhi ketersediaan tentang siapa yang peduli untuk orang tua dan orang tua tiri.

Menikah Kembali setelah perceraian bisa menjadi kan pengalaman, tinggalkan masa lalu dan berharap untuk masa depan yang lebih baik lagi dari pernikahan sebelumnya.


E. Alternatif Selain Perkawinan

Ada banyak alasan untuk tetap melajang. Perkembangan jaman, perubahan gaya hidup, kesibukan pekerjaan yang menyita waktu, belum bertemu dengan pujaan hati yang cocok, biaya hidup yang tinggi, perceraian yang kian marak, dan berbagai alasan lainnya membuat seorang memilih untuk tetap hidup melajang. Batasan usia untuk menikah kini semakin bergeser, apalagi tingkat pendidikan dan kesibukan meniti karir juga ikut berperan dalam memperpanjang batasan usia seorang untuk menikah. Keputusan untuk melajang bukan lagi terpaksa, tetapi merupakan sebuah pilihan. Itulah sebabnya, banyak pria dan perempuan yang memilih untuk tetap hidup melajang.

Persepsi masyarakat terhadap orang yang melajang, seiring dengan perkembangan jaman, juga berubah. Seringkali kita melihat seorang yang masih hidup melajang, mempunyai wajah dan penampilan di atas rata-rata dan supel. Baik pelajang pria maupun wanita, mereka pun pandai bergaul, memiliki posisi pekerjaan yang cukup menjanjikan, tingkat pendidikan yang baik.

Alasan yang paling sering dikemukakan oleh seorang single adalah tidak ingin kebebasannya dikekang. Apalagi jika mereka telah sekian lama menikmati kebebasan bagaikan burung yang terbang bebas di angkasa. Jika hendak pergi, tidak perlu meminta ijin dan menganggap pernikahan akan membelenggu kebebasan. Belum lagi jika mendapatkan pasangan yang sangat posesif dan cemburu.

Banyak perusahaan lebih memilih karyawan yang masih berstatus lajang untuk mengisi posisi tertentu. Pertimbangannya, para pelajang lebih dapat berkonsentrasi terhadap pekerjaan. Hal ini juga menjadi alasan seorang tetap hidup melajang.

Banyak pria menempatkan pernikahan pada prioritas kesekian, sedangkan karir lebih mendapat prioritas utama. Dengan hidup melayang, mereka bisa lebih konsentrasi dan fokus pada pekerjaan, sehingga promosi dan kenaikan jabatan lebih mudah diperoleh. Biasanya, pelajang lebih bersedia untuk bekerja lembur dan tugas ke luar kota dalam jangka waktu yang lama, dibandingkan karyawan yang telah menikah.

Kemapanan dan kondisi ekonomi pun menjadi alasan tetap melajang. Pria sering kali merasa kurang percaya diri jika belum memiliki kendaraan atau rumah pribadi. Sementara, perempuan lajang merasa senang jika sebelum menikah bisa hidup mandiri dan memiliki karir bagus. Mereka bangga memiliki sesuatu yang dihasilkan dari hasil keringat sendiri. Selain itu, ada kepuasaan tersendiri.

Banyak yang mengatakan seorang masih melajang karena terlalu banyak memilih atau ingin mendapat pasangan yang sempurna sehingga sulit mendapatkan jodoh. Pernikahan adalah untuk seumur hidup. Rasanya tidak mungkin menghabiskan masa hidup kita dengan seorang yang tidak kita cintai. Lebih baik terlambat menikah daripada menikah akhirnya berakhir dengan perceraian.

Lajang pun lebih mempunyai waktu untuk dirinya sendiri, berpenampilan lebih baik, dan dapat melakukan kegiatan hobi tanpa ada keberatan dari pasangan. Mereka bebas untuk melakukan acara berwisata ke tempat yang disukai dengan sesama pelajang.

Pelajang biasanya terlihat lebih muda dari usia sebenarnya jika dibandingkan dengan teman-teman yang berusia sama dengannya, tetapi telah menikah. Ketika diundang ke pernikahan kerabat, pelajang biasanya menghindarinya. Kalaupun datang, mereka berusaha untuk berkumpul dengan para sepupu yang masih melajang dan sesama pelajang. Hal ini untuk menghindari pertanyaan singkat dan sederhana dari kerabat yang seusia dengan orangtua mereka. Kapan menikah? Kapan menyusul? Sudah ada calon? Pertanyaan tersebut, sekalipun sederhana, tetapi sulit untuk dijawab oleh pelajang.

Seringkali, pelajang juga menjadi sasaran keluarga untuk dicarikan jodoh, terutama bila saudara sepupu yang seumuran telah menikah atau adik sudah mempunyai pacar. Sementara orangtua menginginkan agar adik tidak melangkahi kakak, agar kakak tidak berat jodoh. Tidak dapat dipungkuri, sebenarnya lajang juga mempunyai keinginan untuk menikah, memiliki pasangan untuk berbagi dalam suka dan duka. Apalagi melihat teman yang seumuran yang telah memiliki sepasang anak yang lucu dan menggemaskan. Bisa jadi, mereka belum menemukan pasangan atau jodoh yang cocok di hati. Itulah alasan mereka untuk tetap menjalani hidup sebagai lajang.

Melajang adalah sebuah sebuah pilihan dan bukan terpaksa, selama pelajang menikmati hidupnya. Pelajang akan mengakhiri masa lajangnya dengan senang hati jika telah menemukan seorang yang telah cocok di hati. Kehidupan melajang bukanlah sebuah hal yang perlu ditakuti. Bukan pula sebuah pemberontakan terhadap sebuah ikatan pernikahan. Hanya, mereka belum ketemu jodoh yang cocok untuk berbagi dalam suka dan duka serta menghabiskan waktu bersama di hari tua.

Arus modernisasi dan gender membuat para perempuan Indonesia dapat menempati posisi yang setara bahkan melebihi pria. Bahkan sekarang banyak perempuan yang mempunyai penghasilan lebih besar dari pria. Ditambah dengan konsep pilihan melajang, terutama kota-kota besar, mendorong perempuan Indonesia untuk hidup sendiri.



Sumber:

Email: ryukiseki@gmail.com)