Friday, April 22, 2016

HUBUNGAN INTERPERSONAL

Menurut Pearson (1983) manusia adalah makhluk sosial. Artinya kita tidak mungkin menjalin hubungan dengan diri sendiri, kita selalu menjalin hubungan dengan orang lain. Mencoba untuk mengenali dan memahami kebutuhan satu sama lain, membentuk interaksi, serta berusaha mempertahankan interaksi tersebut.

Hubungan interpersonal (antarpribadi) adalah hubungan yang terdiri atas dua orang atau lebih, yang memiliki ketergantungan satu sama lain dan menggunakan pola interaksi yang konsisten. Ketika akan menjalin hubungan interpersonal, akan terdapat suatu proses dan  biasanya dimulai dengan interpersonal attraction.

A. Model-Model Hubungan Interpersonal

Untuk menganalisis hubungan interpersonal, menurut Goleman dan Hammen dalam Jalaluddin Rakhmat (2011) terdapat empat buah model, yaitu:

1. Model pertukaran sosial (social exchange model)

Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Pada model ini, orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Thibault dan Kelley dalam Jalaluddin Rakhmat (2011) menyimpulkan model ini sebagai asumsi dasar bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya. Terdapat empat konsep pokok dalam model ini, yaitu:
  • Ganjaran: Ganjaran adalah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan. Ganjaran dapat berupa uang, penerimaan sosial, atau dukungan terhadap nilai. Nilai suatu ganjaran berbeda antara seseorang dengan orang lain, dan antara waktu yang satu dengan waktu yang lain. Contoh: Bagi orang miskin, uang lebih berharga daripada ilmu pengetahuan. Sedangkan bagi orang kaya, mungkin penerimaan sosial lebih berharga daripada uang.
  • Biaya: Biaya adalah akibat yang dinilai negatif, yang terjadi dalam suatu hubungan. Biaya dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan, dan keruntuhan harga diri. Biaya juga berubah-ubah sesuai waktu dan orang yang terlibat. Contoh: Bila seorang anak yang miskin berteman dengan sekelompok anak yang kaya. Dalam bergaul, anak miskin ini sering diejek oleh anak-anak kaya tersebut. Anak miskin tersebut mendapat biaya berupa keruntuhan harga diri karena sering diejek oleh teman-temannya.
  • Hasil atau laba: Hasil atau laba adalah ganjaran dikurangi dengan biaya. Bila seorang individu merasa dalam sebuah hubungan tidak memperoleh hasil atau laba sama sekali maka individu tersebut akan mencari hubungan yang lain. Contoh: Apabila kita memiliki sahabat yang egois. Kita tetap akan membantunya, sekadar agar persahabatan dengan orang tersebut tidak putus. Bila  bantuan (biaya) disini ternyata lebih besar daripada nilai persahabatan (ganjaran) yang diterima, maka kita rugi atau tidak mendapat laba.
  • Tingkat perbandingan: Tingkat perbandingan menunjukkan ukuran baku (standar) yang dipakai sebagai kriteria dalam menilai hubungan individu pada waktu sekarang. Ukuran  baku ini dapat berupa pengalaman masa lalu atau alternatif hubungan lain. Contoh: Bila seorang gadis pernah berpacaran dengan seorang pria yang  berjalan sangat bahagia, tetapi akhirnya putus. Saat berpacaran dengan pria lain, maka gadis tersebut akan mengukur ganjaran hubungan tersebut berdasarkan  pengalamannya yang dulu. 

2. Model peranan (role model)

Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memainkan peranannya sesuai dengan “naskah” yang telah dibuat oleh masyarakat. Terdapat empat konsep pokok yang harus diperhatikan dalam model ini untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik, yaitu:

  • Ekspektasi peranan (role expectation): Ekspektasi peranan mengacu pada kewajiban, tugas, dan hal yang berkaitan dengan posisi tertentu dalam kelompok. Contoh: Guru diharapkan berperan sebagai pendidik yang bermoral dan menjadi teladan yang baik bagi anak didiknya.
  • Tuntutan peranan (role demands): Tuntutan peranan adalah desakan sosial yang memaksa individu untuk memenuhi peranan yang telah dibebankan kepadanya. Desakan sosial dapat  berwujud sanksi sosial dan dikenakan bila individu menyimpang dari perannya. Contoh: Guru yang melakukan kekerasan pada anak didiknya akan mendapat sanksi dari pemerintah, yang dapat berupa diberhentikan dari tugasnya untuk mengajar.
  • Keterampilan peranan (role skills): Keterampilan peranan adalah kemampuan memainkan peranan tertentu, kadang dsebut juga kompetensi sosial. Sering dibedakan antara keterampilan kognitif dengan keterampilan tindakan. Keterampilan kognitif menunjuk pada kemampuan individu untuk mempersepsi apa yang diharapkan orang lain dari dirinya. Sedangkan keterampilan tindakan menunjuk pada kemampuan melaksanakan peranan sesuai dengan harapan. Contoh: Guru memang diharapkan dapat berperan sebagai pendidik yang  bermoral dan menjadi teladan bagi anak didiknya. Untuk itu seorang guru harus  berusaha memberikan ilmunya semaksimal mungkin dan menjaga perilakunya agar dapat mewujudkan harapan tersebut.
  • Konflik peranan: Konflik peranan terjadi bila individu tidak sanggup mempertemukan berbagai tuntutan peranan yang kontradiktif. Contoh: Seorang ayah yang juga berperan sebagai kepala sekolah, harus memberi hukuman pada anaknya yang berbuat kesalahan di sekolah.

3. Model permainan

Model ini berasal dari psikiater Erie Berne (19964, 1972). Analisisnya kemudian dikenal sebagai analisis transaksional. Dalam model ini, orang-orang berhubungan dalam bermacam-macam permainan. Mendasari permainan ini adalah tiga bagian kepribadian manusia yaitu:

  • Orang tua (parent), adalah aspek kepribadian yang merupakan asumsi dan  perilaku yang kita terima dari orang tua kita atau orang yang kita anggap orang tua kita.
  • Orang dewasa (adult), adalah bagian kepribadian yang mengolah informasi secara rasional
  • Anak (child), adalah unsur kepribadian yang diambil dari perasaan dan  pengalaman kanak-kanak dan mengandung potensi intuisi, spontanitas, kreativitas, dan kesenangan.

Contoh: Suatu hari terdapat seorang suami yang sakit dan meminta perhatian dari istrinya (kepribadian anak). Istri tersebut merawat sang suami seperti seorang ibu (kepribadian orang tua). Namun, bila sang istri tidak menghiraukan dan menyuruh sang suami untuk pergi ke dokter maka inilah kepribadian orang dewasa (kepribadian anak dibalas dengan orang dewasa).

4. Model interaksional (interactional model)

Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki sifat struktural, integratif, dan medan. Semua sistem, terdiri atas subsistem-subsistem yang saling bergantung dan bertindak bersama sabagai satu kesatuan. Setiap hubungan interpersonal harus dilihat dari tujuan bersama, metode komunikasi, ekspektasi dan pelaksanaan peranan, serta permainan yang dilakukan.

B. Memulai Hubungan Interpersonal

Menurut Baron & Byrne (2006) interpersonal attraction adalah penilaian seseorang terhadap sikap orang lain, di mana penilaian tersebut dapat diekspresikan melalui suatu“dimensi,” daristrong liking sampai dengan strong dislike. Jadi, ketika kita berkenalan dengan orang lain, sebenarnya kita melakukan penilaian terhadap orang tersebut. Apakah orang tersebut cukup sesuai untuk menjadi teman atau sebaliknya, hingga mungkin kita memilih untuk tidak melakukan interaksi sama sekali. Konteks penilaian ini adalah dalam melakukan hubungan interpersonal. Dimensi yang dimaksud memuat lima tingkat interaksi, yaitu strong liking, mild liking, neutral, mild dislike, dan strong dislike.

Ketika kita menilai orang yang baru kita kenal dengan kategori evaluasi teman kita(friend), tentu kita akan merasa senang untuk menghabiskan waktu dengan kegiatan bersama,  bahkan mungkin merencanakan untuk dapat bertemu di lain waktu. Namun sebaliknya, ketika kategori evaluasinya adalah pengganggu (annoying), saat ada pertemuan dalam suatu ruangan yang sama, barangkali kita lebih memilih untuk menghindari interaksi dengan orang tersebut dengan melakukan kegiatan lain, misalnya pergi dari ruangan tersebut, pura-pura tidak melihat, ataupun mencari orang yang lebih cocok untuk diajak berbicara. Dalam melakukan hubungan interpersonal, ada tiga faktor yang mempengaruhi  penilaian atau ketertarikan interpersonal (interpersonal attraction), yaitu faktor internal, eksternal, dan interaksi.

a. Faktor Internal

Faktor internal (dari dalam diri kita) meliputi dua hal, yaitu kebutuhan untuk  berinteraksi (need for affiliation) dan pengaruh perasaan.

  • Kebutuhan untuk berinteraksi (need for affiliation): Kadang kita ingin berinteraksi dengan orang lain, namun kadang kita memilih untuk seorang diri. Menurut McClelland, kebutuhan berinteraksi adalah suatu keadaan di mana seseorang berusaha untuk mempertahankan suatu hubungan,  bergabung dalam kelompok, berpartisipasi dalam kegiatan, menikmati aktivitas  bersama keluarga atau teman, menunjukkan perilaku saling bekerja sama, saling mendukung, dan konformitas. Seseorang yang memiliki kebutuhan untuk  berinteraksi, berusaha mencapai kepuasan terhadap kebutuhan ini, agar disukai, diterima oleh orang lain, serta mereka cenderung untuk memilih bekerja bersama orang yang mementingkan keharmonisan dan kekompakan kelompok.
  • Pengaruh Perasaan: Sebuah penemuan (dalam Baron & Byrne, 2008) menunjukkan bahwa orang asing akan lebih menyukai jika kita mengucapkan kalimat positif, umpamanya “Kamu memiliki anjing yang bagus” dibandingkan kalimat negatif “Dimanakah kamu menemukan anjing yang buruk itu?” Contoh ungkapan kalimat positif dan negatif tersebut menunjukkan bahwa jika kita membuat orang lain senang ketika kita berjumpa dengannya, maka interaksi akan lebih mudah terjalin. Sebaliknya, ketika kita berjumpa dengan seseorang namun kita membuat perasaannya negatif (kesal atau marah), maka orang tersebut juga akan lebih sulit untuk berinteraksi dengan kita.

b.Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang mempengaruhi dimulainya suatu hubungan interpersonal adalah faktor kedekatan (proximity) dan daya tarik fisik.

  • Faktor Kedekatan (proximity): Orang Jawa bilang,“witing tresno jalaran soko nglibet eh kulino” yang maknanya, “ketika kita sering bertemu dengan orang di sekitar kita, maka kita akan terbiasa melihat orang tersebut dan memungkinkan kita untuk menjadi lebih dekat, dan akhirnya saling jatuh cinta”. Menurut Miller & Perlman (2009), kita cenderung menyukai orang yang wajahnya biasa kita kenali dibandingkan dengan orang yang wajahnya tidak kita kenal.
  • Daya Tarik Fisik: Penelitian mengenai daya tarik fisik (Dion & Dion, 1991; Hatfield & Sprecher, 1986; dalam Baron & Byrne, 2008) menunjukkan bahwa sebagian besar orang  percaya bahwa pria dan wanita “yang menarik” menampilkan ketenangan, mudah  bergaul, mandiri, dominan, gembira, seksi, mudah beradaptasi, sukses, lebih maskulin (untuk pria) dan lebih feminin (untuk wanita). Dalam hubungan interpersonal, orang cenderung memilih berinteraksi dengan orang yang menarik dibandingkan dengan orang yang tidak atau kurang menarik, karena orang yang menarik memiliki karakteristik lebih positif. Pengalaman menunjukkan bahwa tidak semua orang yang memiliki daya tarik fisik memiliki kepribadian seperti yang kita perkirakan. Jadi, “don’t judge a book by its cover”.

c. Faktor Interaksi

Ada dua hal yang menjadi pertimbangan pada faktor interaksi, yakni persamaan- perbedaan (similarity-dissimilarity) dan reciprocal liking.

  • Persamaan-perbedaan (similarity-dissimilarity): Menyenangkan tentu saja, ketika kita mengetahui bahwa orang yang ada di hadapan kita ternyata memiliki kegemaran yang sama. Miller & Perlman (2009) mengemukakan bahwa sangat menyenangkan ketika kita menemukan orang yang mirip dengan kita dan saling berbagi asal-usul, minat, dan penga-laman yang sama. Semakin banyak persamaan, semakin mereka saling menyukai. Penelitian Gaunt (2006) membuktikan bahwa pasangan suami istri yang memiliki kepribadian yang hampir sama akan memiliki pernikahan yang lebih bahagia daripada pasangan suami istri yang memiliki kepribadian yang berbeda. Lain halnya dengan penelitian Jones (dalam Pines, 1999), bahwa ternyata perbedaan lebih menyenangkan daripada persamaan. Jones menjelaskan bahwa kita merasa senang saat menemukan adanya hal yang mirip dengan orang yang kita sukai, tetapi ternyata lebih menyenangkan saat kita mengetahui bahwa pandangannya berbeda dengan yang kita miliki. Hal ini terjadi, ketika menyukai seseorang yang memiliki opini  berbeda dengan kita, kita mengasumsikan bahwa orang tersebut menyukai kita apa adanya, dan bukan karena opini kita. Keuntungan yang dapat diperoleh dari ber-interaksi dengan orang yang memiliki sikap berbeda adalah kita lebih dapat belajar hal-hal yang baru dan bernilai darinya (Kruglanski & Mayseless, 1987, dalam Pines, 1999).
  • Reciprocal Liking: Faktor lain yang juga mempengaruhi ketertarikan kita kepada orang lain adalah bagaimana orang tersebut menyukai kita. Secara umum, kita menyukai orang lain yang juga menyukai kita, dan tidak menyukai orang lain yang juga tidak menyukai kita. Dengan kata lain, kita memberikan kembali (reciprocate) perasaan yang diberikan orang lain kepada kita (Dwyer, 2000). Dwyer menambahkan bahwa  pada dasarnya, ketika kita disukai orang lain, hal tersebut dapat meningkatkan self-esteem (harga diri), membuat kita merasa bernilai, dan akhirnya mendapatkan positive reinforcement.
C. Hubungan Peran

  • Model Peran
Menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai dengan peranannya.
  • Konflik
Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena pertentengan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara duaorang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik interpersonal ini merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi.
Karena konflik semacam ini akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota organisasi yang tidak bisa tidak akan mempngaruhi proses pencapaian tujuan organisasi tersebut
  • Adequacy Peran dan Autentisitas Dalam Hubungan Peran
Kecukupan perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun secara informal. Peran didasarkan pada preskripsi (ketentuan) dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut.
  • Intimasi dan Hubungan Pribadi
Sebagai konsekuensi adanya daya tarik menyebabkan interaksi sosial antar individu menjadi spesifik atau terjalin hubungan intim. Orang-orang tertentu menjadi istimewa buat kita, sedangkan orang lain tidak. Orang-orang tertentu menjadi sangat dekat dengan kita, dibandingkan orang lain. Adapun bentik intim terdiri dari persaudaraan, persahabatan, dan percintaan. Lebi h jauh mengenai bentuk-bentuk hubungan intim tersebut daoat dijelaskan pada bagian berikut :

1. Persaudaraan
Hubungan intik ini didasarkan pada hubungan darah. Hunungan intim interpersonal dalam persaudaraan terdapat hubungan inti ssperti dalam keluarga kecil. Pada persaudaraan itu didlamnya terkandung proximitas dan keakraban.

2. Persahabatan
Persahabatan biasanya terjadi pada dua individu yang didasarkan pada banyak persamaan. Utamanya persamaan usia. Hubungan dalam persahabatan tidak hanya sekedar teman, lebih dari itu diantara mereka terjalin interaksi yang sangat tinggi sehingga mempunyai kedekatan psikologis. Indikasi atau tanda-tanda bila dalam hubungan interpersonal terjadi persahabatan yaitu : sering bertemu, merasa bebas membuka diri, bebasmenyatakan emosi, dan saling tergantung diantara mereka.

3. Percintaan
Persabatan antar priab dan wanita bisa berubah mejadi cinta, jika dua individu itu merasa sebagai pasangan yang potensial seksual. Dalam suatu persahabatan, dapat melahirkan satu proses yang namanya jatuh cinta. Hal ini terjadi karena ada dua perbedaan mendasar antara persahabatan dan cinta.

D. Intimasi dan Hubungan Pribadi

Pendapat beberapa ahli mengenai intimasi, di antara lain yaitu :
  • Shadily dan Echols (1990) mengartikan intimasi sebagai kelekatan yang kuat yang didasarkan oleh saling percaya dan kekeluargaan.
  • Sullivan (Prager, 1995) mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah laku penyesuaian seseorang untuk mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang lain.
  • Steinberg (1993) berpendapat bahwa suatu hubungan intim adalah sebuah ikatan emosional antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadi masing-masing yang terkadang lebih bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama.
  • Levinger & Snoek (Brernstein dkk, 1988) merupakan suatu bentuk hubungan yang berkembang dari suatu hubungan yang bersifat timbal balik antara dua individu. Keduanya saling berbagi pengalaman dan informasi, bukan saja pada hal-hal yang berkaitan dengan fakta-fakta umum yang terjadi di sekeliling mereka, tetapi lebih bersifat pribadi seperti berbagi pengalaman hidup, keyakinan-keyakinan, pilihan-pilihan, tujuan dan filosofi dalam hidup. Pada tahap ini akan terbentuk perasaan atau keinginan untuk menyayangi, memperdulikan, dan merasa bertangung jawab terhadap hal-hal tertentu yang terjadi pada orang yang dekat dengannya.
  • Atwater (1983) mengemukakan bahwa intimasi mengarah pada suatu hubungan yang bersifat informal, hubungan kehangatan antara dua orang yang diakibatkan oleh persatuan yang lama. Intimasi mengarah pada keterbukaan pribadi dengan orang lain, saling berbagi pikiran dan perasaan mereka yang terdalam. Intimasi semacam ini membutuhkan komunikasi yang penuh makna untuk mengetahui dengan pasti apa yang dibagi bersama dan memperkuat ikatan yang telah terjalin. Hal tersebut dapat terwujud melalui saling berbagi dan membuka diri, saling menerima dan menghormati, serta kemampuan untuk merespon kebutuhan orang lain (Harvey dan Omarzu dalam Papalia dkk, 2001).
Dalam suatu hubungan juga perlu adanya companionate love, passionate love dan intimacy love. Karena apabila kurang salah satu saja di dalam suatu hubungan atau mungkin hanya salah satu di antara ketiganya itu di dalam suatu hubungan maka yang akan terjadi adalah hubungan tersebut tidak akan berjalan dengan langgeng atau awet, justru sebaliknya setiap pasangan tidak merasakan kenyamanan dari pasangannya tersebut sehingga yang terjadi adalah hubungan tersebut bubar dan tidak akan ada lagi harapan untuk membangun hubungan yang harmonis dan langgeng.

Komunikasi yang selalu terjaga, kepercayaan, kejujuran dan saling terbuka pun menjadi modal yang cukup untuk membina hubungan yang harmonis. Maka jangan kaget apabila komunikasi kita dengan pasangan tidak berjalan dengan mulus atau selalu terjaga bisa jadi hubungan kita akan terancam bubar atau hancur. Tentu saja itu akan menyakitkan hati kita dan setiap pasangan di dunia ini pun tidak pernah menginginkan hal berikut.

E. Intimasi dan Pertumbuhan

Apapun alasan untuk berpacaran, untuk bertumbuh dalam keintiman, yang terutama adalah cinta. Keintiman tidak akan bertumbuh jika tidak ada cinta . Keintiman berarti proses menyatakan siapa kita sesungguhnya kepada orang lain. Keintiman adalah kebebasan menjadi diri sendiri. Keintiman berarti proses membuka topeng kita kepada pasangan kita. Bagaikan menguliti lapisan demi lapisan bawang, kita pun menunjukkan lapisan demi lapisan kehidupan kita secara utuh kepada pasangan kita.

Keinginan setiap pasangan adalah menjadi intim. Kita ingin diterima, dihargai, dihormati, dianggap berharga oleh pasangan kita. Kita menginginkan hubungan kita menjadi tempat ternyaman bagi kita ketika kita berbeban. Tempat dimana belas kasihan dan dukungan ada didalamnya. Namun, respon alami kita adalah penolakan untuk bisa terbuka terhadap pasangan kita. Hal ini dapat disebabkan karena :
  1. kita tidak mengenal dan tidak menerima siapa diri kita secara utuh.
  2. kita tidak menyadari bahwa hubungan pacaran adalah persiapan memasuki pernikahan.
  3. kita tidak percaya pasangan kita sebagai orang yang dapat dipercaya untuk memegang rahasia.
  4. kita dibentuk menjadi orang yang berkepribadian tertutup.
  5. kita memulai pacaran bukan dengan cinta yang tulus.

Sumber: 


No comments:

Post a Comment