Sunday, April 10, 2016

PENYESUAIAN DIRI DAN PERTUMBUHAN

A. Penyesuaian Diri

Pengertian Penyesuaian Diri

Penyesuaian diri dapat didefinisikan sebagai interaksi Anda yang kontinu dengan diri Anda sendiri, dengan orang lain, dan dengan dunia Anda (Calhoun dan Acocella dalam Sobur, 2003:526).

Penyesuaian diri merupakan suatu konstruksi/bangunan psikologi yang luas dan komplek, serta melibatkan semua reaksi individu terhadap tuntutan baik dari lingkungan luar maupun dari dalam diri individu itu sendiri. Dengan perkataan lain, masalah penyesuaian diri menyangkut aspek kepribadian individu dalam interaksinya dengan lingkungan dalam dan luar dirinya (Desmita, 2009:191).

Penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungannya. Sehingga rasa permusuhan, dengki, iri hati, pransangka, depresi, kemarahan, dan lain-lain emosi negatif sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien bisa dikikis habis (Kartini Kartono, 2002:56).

Penyesuaian diri adalah suatu proses yang mencakup respon mental dan tingkah laku, dimana individu berusaha untuk dapat berhasil mengatasi kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik-konflik, dan frustrasi yang dialaminya, sehingga terwujud tingkat keselarasan atau harmoni antara tuntutan dari dalam diri dengan apa yang diharapkan oleh lingkungan dimana ia tinggal (Schneiders dalam Desmita, 2009:192).


Aspek-aspek Penyesuaian Diri

Menurut Fromm dan Gilmore (dalam Desmita, 2009:195) ada empat aspek kepribadian dalam penyesuaian diri yang sehat antara lain :
a. Kematangan emosional, yang mencakup aspek-aspek :
  • Kemantapan suasana kehidupan emosional
  • Kemantapan suasana kehidupan kebersamaan dengan orang lain
  • Kemampuan untuk santai, gembira dan menyatakan kejengkelan
  • Sikap dan perasaan terhadap kemampuan dan kenyataan diri sendiri

b. Kematangan intelektual, yang mencakup aspek-aspek :
  • Kemampuan mencapai wawasan diri sendiri
  • Kemampuan memahami orang lain dan keragamannya
  • Kemampuan mengambil keputusan
  • Keterbukaan dalam mengenal lingkungan

c. Kematangan sosial, yang mencakup aspek-aspek :
  • Keterlibatan dalam partisipasi sosial
  • Kesediaan kerjasama
  • Kemampuan kepemimpinan
  • Sikap toleransi

d. Tanggung jawab, yang mencakup aspek-aspek :

  • Sikap produktif dalam mengembangkan diri
  • Melakukan perencanaan dan melaksanakannya secara fleksibel
  • Sikap empati, bersahabat dalam hubungan interpersonal
  • Kesadaran akan etika dan hidup jujur


Bentuk-bentuk Penyesuaian Diri

Menurut Gunarsa (dalam Sobur, 2003:529) bentuk-bentuk penyesuaian diri ada dua antara lain:

Adaptive

Bentuk penyesuaian diri yang adaptive sering dikenal dengan istilah adaptasi. Bentuk penyesuaian diri ini bersifat badani, artinya perubahan-perubahan dalam proses badani untuk menyesuaikan diri terhadap keadaan lingkungan. Misalnya, berkeringat adalah usaha tubuh untuk mendinginkan tubuh dari suhu panas atau dirasakan terlalu panas.

Adjustive

Bentuk penyesuaian diri yang lain bersifat psikis, artinya penyesuaian diri tingkah laku terhadap lingkungan yang dalam lingkungan ini terdapat aturan-aturan atau norma. Misalnya, jika kita harus pergi ke tetangga atau teman yang tengah berduka cita karena kematian salah seorang anggota keluarganya, mungkin sekali wajah kita dapat diatur sedemikian rupa, sehingga menampilkan wajah duka, sebagai tanda ikut menyesuaikan terhadap suasana sedih dalam keluarga tersebut.


Faktor-faktor yang mempengaruhi Penyesuaian Diri

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri antara lain (Enung dalam Nofiana, 2010:17):
  • Faktor Fisiologis. Struktur jasmani merupakan kondisi yang primer dari tingkah laku yang penting bagi proses penyesuaian diri
  • Faktor Psikologis. Banyak faktor psikologis yang mempengaruhi penyesuaian diri antara lain pengalaman, aktualisasi diri, frustasi, depresi, dsb.


Karakteristik Penyesuaian Diri

     Menurut Enung (dalam Nofiana, 2010:17) karakteristik penyesuaian diri antara lain:

  • Tidak menunjukkan adanya ketegangan emosional yang berlebihan. Mampu mengontrol emosi dan memiliki kesabaran dalam menghadapi berbagai kejadian dalam hidup
  • Tidak menunjukkan adanya mekanisme pertahanan diri yang salah. Mempunyai mekanisme pertahanan diri yang positif sehingga masalah yang dihadapi terasa ringan.
  • Tidak menunjukkan adanya frustasi pribadi. Tidak mengalami frustasi dan gejala-gejala kelainan jiwa.
  • Memiliki pertimbangan yang rasional. Langkah apapun yang ingin ditempuh, selalu berdasarkan pemikiran yang rasional
  • Mampu belajar dari pengalaman. Pengalaman hidup dapat menempa mentalnya menjadi lebih kuat dan tahan banting.
  • Bersikap realistik dan objektif. Melihat berbagai kejadian atau masalah didasarkan pada realita dan pemikiran objektif.


Aspek-aspek Penyesuaian Diri

Menurut Enung (dalam Nofiana, 2010:19) aspek-aspek penyesuaian diri antara lain:
  • Penyesuaian Pribadi. Kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya.
  • Penyesuaian Sosial. Mencakup hubungan dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman, atau masyarakat luas secara umum.


B. Pertumbuhan Personal


Penekanan Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.

Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957) bahwa perkembangan berjalan dengan prinsip orthogenetis, perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai keadaan dimana diferensiasi, artikulasi dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak. Dari penghayatan totalitas itu lambat laun bagian-bagiannya akan menjadi semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan.


Penyesuaian diri dan pertumbuhan

Penyesuaian diri merupakan suatu istilah yang sangat sulit didefinisikan, karena memiliki banyak arti dan tidak memiliki patokan jelas untuk menilai nya. Menurut Kartono, penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungannya. Sehingga permusuhan, kemarahan, depresi, dan emosi negatif lain sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien bisa dikikis. Hariyadi, dkk (2003) menyatakan penyesuaian diri adalah kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan atau dapat pula mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan atau keinginan diri sendiri.

Pengertian penyesuaian diri adalah proses yang diharapi oleh individu dalam mengenal lingkungan yang baru. Menurut Schneider (dalam Partosuwido, 1993) penyesuaian diri merupakan kemampuan untuk mengatasi tekanan kebutuhan, frustrasi dan kemampuan untuk mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat. Menurut Callhoun dan Acocella (dalam Sobur, 2003), penyesuaian dapat didefenisikan sebagai interaksi individu yang kontinu dengan diri individu sendiri, dengan orang lain, dan dengan dunia individu. Menurut pandangan para ahli diatas, ketiga faktor tersebut secara konstan mempengaruhi individu dan hubungan tersebut bersifat timbal balik mengingat individu secara konstan juga mempengaruhi kedua faktor lain.

Menurut Schneiders (1964), pengertian penyesuaian diri dapat ditiinjau dari tiga sudut pandang, yaitu:
  • Penyesuaian sebagai adaptasi --- Menurut pandangan ini, penyesuaian diri cenderung diartikan sebagai usaha mempertahankan diri secara fisik, bukan penyesuaian dalam arti psikologis, sehingga ada kompleksitas kepribadian individu dengan lingkungan yang terabaikan.
  • Penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas --- Penyesuaian diri diartikan sama dengan penyesuaian yang mencakup konformitas terhadap suatu norma. Pengertian ini menyiratkan bahwa individu seakan-akan mendapat tekanan kuat untuk harus selalu mampu menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku, baik secara moral, sosial maupun emosional. Menurut sudut pandang ini, individu selalu diarahkan kepada tuntutan konformitas dan diri individu akan terancam tertolak jika perilaku individu tidak sesuai dengan norma yang berlaku.
  • Penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan --- Penyesuaian diri dipandang sebagai kemampuan untuk merencakan dan mengorganisasikan respons dalam cara-cara tertentu sehingga konflik-konflik, kesulitan dan frustasi tidak terjadi, dengan kata lain penyesuaian diri diartikan sebagai kemampuan penguasaan dalam mengembangkan diri sehingga dorongan emosi dan kebiasaan menjadi terkendali dan terarah.

Berdasarkan tiga sudut pandang tentang penyesuaian diri yang disebut diatas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri dapat diartikan sebagai suatu proses yang mencakup suatu respon-respon mental dan perilaku yang diperjuangkan individu agar dapat berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustasi, konflik serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari dalam diri individu dengan tuntutan dari dunia luar atau lingkungan tempat individu berada (Ali & Asrori, 2004).


Variasi Dalam Pertumbuhan

Pertumbuhan yang di alami dan terjadi pada diri individu bervariasi, pasti tidaklah sama antara individu yang satu dengan yang lain. Dan tidak selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena terkadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau mungkin diluar dirinya. Hal ini yang menyebabkan mengapa adanya variasi dalam pertumbuhan. Variasi Pertumbuhan mencakup Kematangan emosional, kematangan intelektual, kematangan sosial dan Tanggung jawab dalam hubungan intrapersonal.

Kondisi dan tahapan memulai pertumbuhan

Faktor lainnya yang memengaruhi proses penyesuaian diri individu yaitu kondisi untuk tumbuh dimana dapat dilihat dari jawaban atas pertanyaan  “dimana dan seperti apa kondisi individu untuk tumbuh?”.

Lingkungan yang berbeda akan menimbulkan kondisi individu untuk bertumbuh yang berbeda, sehingga menyebabkan penyesuaian diri untuk kondisi lingkungan untuk tumbuh itu juga akan berbeda. Misalkan lingkungan dengan kondisi yang serba berkecukupan, kasih sayang yang diberikan orang tua berlimpah, pola asuh yang demokratis yang diterapkan oleh orang tua juga akan menciptakan penyesuaian diri dengan kondisi bertumbuh yang berbeda dengan kondisi lingkungan dimana kebutuhan ekonomi terkecukupi dengan baik, tetapi kasih sayang yang diberikan dari orang tua ke individu tersebut kurang serta adanya perasaan bahwa dia diabaikan oleh orang tua nya. Walaupun dari tingkat yang sama dilihat dari ekonomi yang setingkat, akan tetapi banyak faktor lain yang membuat penyesuaian diri pada individu menjadi lebih kompleks. Apalagi jika dibandingkan dengan tingkat ekonomi yang jauh lebih rendah, maka penyesuaian diri sesuai dengan kondisi lingkungan tumbuh yang lain pun akan berbeda untuk mengatasi berbagai persoalan hidup yang pelik ini.


Faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan diri yaitu:

  •        Faktor Biologis/genetis

Semua manusia normal dan sehat pasti memiliki anggota tubuh yang baik seperti tangan, kaki, kepala, dan lain lain. Hal ini dapat menjelaskan bahwa beberapa kesamaan dalam kepribadian dan perilaku. Namun ada juga warisan biologis yang bersifat khusus yang dilihat dari masa konsepsi, bersifat tetap atau tidak berubah sepanjang kehidupannya, menentukan beberapa karakteristik seperti jenis kelamin, ras, warna rambut, warna mata, pertumbuhan fisik, sikap tubuh dan beberapa keunikan psikologis seperti tempramen, potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal.

  •        Faktor Geografis

Setiap lingkungan fisik yang baik akan membawa kebaikan pula pada penghuninya. Sehingga menyebabkan hubungan antar individu bisa berjalan dengan baik dan menimbulkan kepribadian setiap individu yang baik juga. Namun jika lingkungan fisiknya kurang baik dan tidak adanya hubungan baik dengan individu yang lain, maka akan tercipta suatu keadaan yang tidak baik pula.

  •        Faktor Kebudayaan

Khusus perbedaan kebudayaan dapat mempengaruhi kepribadian anggotanya. Namun, tidak berarti semua individu yang ada didalam masyarakat yang memiliki kebudayaan yang sama juga memiliki kepribadian yang sama juga.
Dari semua faktor-faktor di atas pengaruh dari lingkungan seperti keluarga, maupun masyarakat akan memberikan dampak pertumbuhan bagi individu. Seiring berjlanannya waktu maka terbentuklah individu yang sesuai dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar.


Fenomenalogi Pertumbuhan

Fenomenologi memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan” yang  dipersepsi dan diinterpretasi secara subyektif. Setiap, orang mengalami dunia dengan caranya sendiri. “Alam pengalaman setiap orang berbeda dari alam pengalaman orang lain.” (Brouwer, 1983). Fenomenologi banyak mempengaruhi tulisan – tulisan Carl Rogers.

Carl Roger (1961) menyebutkan 3 aspek yang memfasilitasi pertumbuhan personal dalam suatu hubungan:
  • Keikhlasan kemampuan untuk menyadari perasaan sendiri, atau menyadari kenyataan.
  • Menghormati keterpisahan dari orang lain tanpa kecuali, dan 
  • Keinginan yang terus menerus untuk memahami atau berempati terhadap orang lain.

Dalam tulisan-tulisan carl roger terdapat fenomenologi.
  • “Tiap individu ada dalam dunia pengalaman yang selalu berubah, dimana dia menjadi pusatnya”
  • "Individu bereaksi terhadap medan sebagaimana medan itu dialami dan diamatinya. Bagi individu dunia pengamatan ini adalah kenyataan (realitas)“
  • “Individu bereaksi terhadap medan phonomenal sebagai keseluruhan yang terorganisasi (organized whole)“
  •  “Organisme mempunyai satu kecenderungan dan dorongan dasar, yaitu mengaktualisasikan, mempertahankan, dan mengembangkan diri.“
  •  “Pada dasarnya tingkah laku itu adalah usaha individu yang berarah tujuan (goal directed, doelgericht), yaitu untuk memuaskan kebutuhan –kebutuhan sebagaiana dialaminya, dalam medan sebagaimana diamatainya.“



Sumber:

Schultz, Duane. (1991). Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta : PT. Kanisius (Anggota IKAPI)
Semium, Yustinus (2006) Kesehatan mental 1. Yogyakarta: PT. Kanisius
Alex Sobur, 2003. Psikologi Umum. Bandung : Pustaka Setia
Desmita, 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung : Remaja Rosda Karya
Kartini Kartono, 2002. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Rineka Cipta
Nofiana Sari, 2010. Pengaruh rasa percaya diri dan penyesuaian diri terhadap kemampuan berinteraksi social siswa kelas X di SMK Negeri 2 Pacitan. Skripsi tidak diterbitkan. Madiun: BK FIP IKIP PGRI Madiun

No comments:

Post a Comment